Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Adaro Energy (ADRO) Bidik Target Bangun PLTU Senilai Rp529 Triliun

Emiten tambang batu bara PT Adaro Energy Tbk. ingin menjadi pemain utama sektor kelistrikan dengan menargetkan pembangunan PLTU berkapasitas 20 Gigawatt hingga 2030 mendatang, investasi diproyeksi mencapai US$40 miliar setara dengan Rp529 triliun.
Presdir Adaro Energy Garibaldi Boy Thohir saat berkunjung ke redaksi Bisnis Indonesia, Kamis (15/10)/JibiPhoto-Endang Muchtar
Presdir Adaro Energy Garibaldi Boy Thohir saat berkunjung ke redaksi Bisnis Indonesia, Kamis (15/10)/JibiPhoto-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA--Emiten tambang batu bara PT Adaro Energy Tbk. ingin menjadi pemain utama sektor kelistrikan dengan menargetkan pembangunan PLTU berkapasitas 20 Gigawatt hingga 2030 mendatang, investasi diproyeksi mencapai US$40 miliar setara dengan Rp529 triliun.

Direktur Utama PT Adaro Energy Tbk. Garibaldi Thohir mengatakan target sebesar 20.000 Megawatt itu dicetuskan 7-8 tahun silam untuk jangka waktu 20 tahun. Sampai saat ini, perseroan telah memiliki proyek setrum hingga 2.600 MW.

"Target kami harus 20 GW, suatu hari kalau sudah cukup besar, cukup efisien, Adaro Power harus go public," ungkapnya, Kamis (9/6/2016).

Dia menjelaskan, perusahaan sektor kelistrikan sejenis yang telah menggelar penawaran perdana saham (initial public offering/IPO), misalnya PT Cikarang Listrindo Tbk. Financial close yang telah dilakukan untuk PLTU Batang senilai US$4,6 miliar menjadi pembiayaan terbesar Japan Bank for International Cooperation (JBIC).

Hingga saat ini, pria yang akrab disapa Boy Thohir itu menegaskan belum mengubah rencana. Dia ingin menjadi pemain utama di sektor kelistrikan di Indonesia.

Rencana IPO, kata dia, dapat dilakukan sebelum Adaro Power merampungkan proyek hingga 20 GW tersebut. Dua anak usaha emiten bersandi saham ADRO, kelistrikan dan logistik, ditargetkan untuk melantai di PT Bursa Efek Indonesia.

Pencapaian hingga 20 GW itu, sambungnya, dapat dilakukan melalui aksi organik maupun anorganik. Perseroan dapat mengakuisisi PLTU eksisting dengan kepemilikan tidak harus mayoritas.

Untuk membangun PLTU, investasi yang diperlukan mencapai US$1,5 juta hingga US$2 juta setiap 1 MW. Sehingga, total kebutuhan dana untuk mewujudkan mimpi 20 GW itu mencapai US$40 miliar.

Rata-rata, pembangunan PLTU merogoh kas internal maksimum 20%. Sisa kebutuhan dana diperoleh dari pinjaman perbankan dengan pertimbangan mencari mitra dan operator yang kompeten.

Setelah financial close proyek PLTU Batang sebesar 2x1.000 MW, perseroan tengah mengincar tiga power plant dengan kapasitas 3 GW. Proyek tersebut digarap oleh perusahaan konsorsium PT Bhimasena Power Indonesia yang terdiri dari  Electric Power Development Co., Ltd. (J-Power), PT Adaro Power (AP) – Itochu Corporation (Itochu).

Tiga proyek pendukung PLTU 35.000 MW itu a.l. PLTU Tanjung Power Indonesia Kalimantan Selatan berkapasitas 2x100 MW, PLTU Jawa 1 berkapasitas 2x800 MW, dan PLTU Sumatra Selatan 9 dan 10 dengan kapasitas 2x600 MW. Investasi masing-masing senilai US$400 juta, US$3,5 miliar, dan US$2,5 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper