Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RAPAT OPEC: Pasar Tunggu Kebijakan Strategis

Pasar mengharapkan rapat OPEC yang berlangsung di Wina, Austria pada Kamis (2/6/2016) menghasilkan kebijakan strategis dalam memulihkan harga minyak mentah. Pasalnya, tingkat pasokan global masih surplus dibandingkan volume permintaan.
Logo Negara-negara Pengeskpor Minyak (OPEC) di kantor pusat di Vienna, 10 Jun 2014. /reuters
Logo Negara-negara Pengeskpor Minyak (OPEC) di kantor pusat di Vienna, 10 Jun 2014. /reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Pasar mengharapkan rapat OPEC yang berlangsung di Wina, Austria pada Kamis (2/6/2016) menghasilkan kebijakan strategis dalam memulihkan harga minyak mentah. Pasalnya, tingkat pasokan global masih surplus dibandingkan volume permintaan.

Al Maha Financial Services Llc. dalam publikasi risetnya Kamis (2/6/2016) memaparkan sentimen harga minyak cenderung mixed menjelang pertemuan OPEC di Wina kemarin. Pasalnya, analis belum memerkirakan adanya pembatasan produksi sebagai hasil rapat tersebut.

Adapun total produksi OPEC sepanjang 2016 diperkirakan stabil di level 32,5 juta barel per hari, terutama setelah adanya hambatan penambangan di Nigeria, Libya, dan Venezuela.

Harga minyak WTI terangkat di awal musim panas seiring dengan permintaan yang menuju masa puncak. Meskipun demikian, pasar masih terbebani peningkatan produksi di Timur Tengah yang sebagian besar membidik konsumen di Asia.

"Dalam waktu dekat, investor berharap rapat OPEC menghasilkan kebijakan strategis dalam memulihkan pasar," tulis Al Maha, Kamis (2/6/2016).

Menteri Perminyakan Uni Arab Emirat (UEA) Suhail Mohammed Al Mazrouei menyampaikan pembekuan produksi harus dilakukan antara OPEC dan non OPEC agar harga bisa stabil. Sementara, Menteri Perminyakan Iran Bijan Namdar Zanganeh menyatakan pembekuan penyedotan tidak bermanfaat bagi negara-negara di Teluk Persia.

Saat ini, Iran memproduksi 3,8 juta barel per hari dan berencana memacu hingga 4 juta barel per hari. Hal tersebut dilakukan untuk mengembalikan pangsa pasarnya yang hilang akibat terkena sanksi ekspor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Nancy Junita

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper