Bisnis.com, JAKARTA- Nilai tukar rupiah dibuka dengan pelemahan sebesar 0,12% atau 17 poin ke 13.678 per dolar AS pada perdagangan pagi ini, Kamis (2/6/2016).
Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 0,10% atau 13 poin ke Rp13.661 per dolar AS pada perdagangan Rabu (1/6/2016).
Pada perdagangan kemarin, rupiah diperdagangkan di kisaran Rp13.650 -Rp13.697 per dolar AS.
Pelemahan rupiah kemarin terjadi saat mata uang di Asia terpantau bergerak mixed.
Adapun rilis data inflasi yang sesuai estimasi tidak mendorong pembalikan arah rupiah kemarin.
Seperti diketahui, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengumumkan inflasi sepanjang Mei 2016 mencapai 0,24% (month to month/mtm) dan 3,33% (year on year/yoy).
Laju inflasi tahunan tersebut sesuai dengan prediksi Bank Indonesia dan konsensus Bloomberg.
Bagaimana pergerakan rupiah pada perdagangan hari ini, Kamis (2/6/2016) selanjutnya? Ikuti lajunya secara live hingga penutupan.
Nilai tukar rupiah ditutup menguat 0,13% atau 18 poin ke level Rp13.643 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau menguat 16 poin atau 0,12% ke Rp13.645 per dolar AS menjelang penutupan perdagangan hari ini.
Bloomberg mengemukakakn pasar uang saat ini mencermati data AS, setelah para pejabat Fed mengindikasikan kenaikan suku bunga potensial pada musim panas ini, tergantung pada perbaikan ekonomi.
Sementara itu pada Jumat ini, akan dirilis data gaji. Diperkirakan jumlah pekerja meningkat 160.000 pada bulan Mei.
Nilai tukar rupiah terpantau melemah tipis sebesar 0,03% atau 4 poin ke 13.665 per dolar AS seiring pergerakan IHSG pada akhir sesi I perdagangan siang ini, Kamis (2/6/2016).
Indeks dolar AS pada perdagangan hari ini, Kamis (2/6/2016), pk. 10.19 WIB melemah 0,24% ke 95,229.
Kurs dolar AS melemah terhadap sebagian besar mata uang utama di perdagangan New York , tulis Antara, karena data ekonomi yang keluar dari negara itu bervariasi.
Indeks pembelian manajer (PMI) AS pada Mei tercatat 51,3%, meningkat dari angka April di 50,8%, menurut Institute for Supply Management (ISM), Rabu.
Sementara itu, belanja konstruksi AS selama April 2016 diperkirakan pada tingkat tahunan yang disesuaikan secara musiman US$1.133,9 miliar, 1,8% di bawah estimasi Maret yang direvisi, Departemen Perdagangan melaporkan pada Rabu.
Pada sesi sebelumnya, Departemen Perdagangan mengatakan bahwa indeks harga untuk pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), ukuran untuk tingkat inflasi yang disukai oleh Federal Reserve, meningkat 0,3% dari bulan sebelumnya.
Indeks harga PCE inti, tidak termasuk makanan dan energi, naik 0,2% dari bulan sebelumnya dan 1,6% dari setahun lalu, masih di bawah target bank sentral dua persen.
Para analis mengatakan, data yang beragam tidak mendukung taruhan pada kenaikan suku bunga Juni.
Mata uang di Asia Tenggara mayoritas menguat.
Mata uang yang menguat peso Filipina (+0,15%), baht Thailand (+0,20%), dolar Singapura (+0,09%), rupiah menguat 0,15%.
Mata uang yang melemah ringgit Malaysia (-0,46%).
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta mengemukakan pasar uang saat ini menunggu hasil pertemuan pejabat bank sentral Eropa (ECB).
Keputusan ECB atas kebijakan moneter yang akan diambil ditunggu malam ini, khususnya terhadap besaran pembelian obligasi di pasar sekunder.
Selain itu, ujarnya, pertemuan OPEC di Wina juga dinantikan. Pembatasan produksi yang disepakati bisa mendorong penguatan harga minyak mentah lebih lanjut.
“Indeks dolar terkoreksi hingga dini hari tadi walaupun mayoritas data ekonomi AS yang diumumkan membaik,” kata Rangga dalam risetnya yang diterima hari ini, Kamis (2/6/2016).
Dari dalam negeri, Rangga mengatakan rupiah yang sempat melemah tajam di pembukaan perdagangan Rabu, dan akhirnya hanya melemah tipis setelah inflasi Mei 2016 diumumkan turun drastis.
“Indeks dolar yang terkoreksi semalam bisa mendorong penguatan rupiah hari ini, walaupun dampak negatif tidak diberikannya peringkat layak investasi oleh S&P kemarin malam bisa meminta depresiasi rupiah dan aksi jual aset berdenominasi rupiah lainnya,” kata Rangga.
Indeks dolar AS makin tertekan, rupiah akhirnya positif.
Pada pk. 10.19 WIB, indeks dolar AS melemah 0,24% ke 95,229.
Rupiah menguat 21 poin atau 0,15% ke Rp13.640/US$
Harga jual dan beli dolar di tiga bank, Kamis (2/6/2016)
Bank | Pk. WIB | Beli (Rp/US$) | Jual (Rp/US$) |
Mandiri | 08.17 | 13.670 | 13.700 |
BNI | 09.29 | 13.585 | 13.775 |
BCA | 09.49 | 13.669 | 13.689 |
Sumber: masing-masing laman perbankan, 2016
Nilai tukar rupiah melemah 0,22% atau 30 poin ke 13.691 per dolar AS seiring pergerakan IHSG pada pembukaan perdagangan pagi ini, Kamis (2/6/2016).
Nilai tukar rupiah dibuka dengan pelemahan sebesar 0,12% atau 17 poin ke 13.678 per dolar AS pada perdagangan pagi ini, Kamis (2/6/2016).
Tanda-tanda pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat mulai terlihat, termasuk di bidang manufaktur.
Berdasarkan laporan Institute for Supply Management pada Rabu kemarin, kegiatan manufaktur di AS berkembang lebih cepat di bulan Mei
Indeks manufaktur ISM naik ke 51,3 dari 50,8 pada bulan April, sedangkan median perkiraan 81 ekonom yang disurvei Bloomberg mencapai 50,3. Angka indeks yang lebih besar dari 50 menunjukkan pertumbuhan.
Pabrik memanfaatkan kenaikan pesanan dari AS dan luar negeri untuk membantu mengurangi persediaan. Stabilisasi harga minyak juga akan membantu membendung kemerosotan produsen energi, dan pertumbuhan kuartal ini akan mendapatkan dorongan dari pembelian rumah tangga, yang membukukan peningkatan yang lebih baik dari perkiraan pada bulan April.
Scott Brown, kepala ekonom di Raymond James Financial Inc mengatakan manufaktur mulai terlihat lebih baik,
"Ini adalah tanda yang menggembirakan. Pada akhirnya, produksi akan meningkat karena permintaan konsumen yang kuat," katanya seperti yang dikutip dari Bloomberg.
Sementara itu, indeks pesanan baru melemah tipis ke 55,7 dibandingkan dengan 55,8 pada bulan April.
Perkiraan indeks manufaktur dalam survei Bloomberg berkisar antara 49-52.
Bursa saham Amerika Serikat ditutup menguat tipis menyusul data manufaktur AS yang positif, sementara investor bersiap untuk kemungkinan kenaikan suku bunga acuan bulan ini.
Indeks Standard & Poor’s 500 menguat 0,11% ke level 2.099,33 pada penutupan perdagangan Rabu (1/6/2016) atau kamis pagi WIB.
Sementara itu, Indeks Dow Jones Industrial Average naik 2,47 poin atau 0,01% ke posisi 17.789,67.
Sekitar 6,5 miliar saham diperdagangkan di bursa AS kemarin, 10% di bawah rata-rata tiga bulan terakhir.
“(Data manufaktur) pada dasarnya membuktikan bahwa ekonomi tidak dalam kontraksi, tapi kami terus bergerak sideways dalam pertumbuhan yang sangat rendah," kata James Abate, kepala investasi centre Funds seperti yang dikutip dari Bloomberg, Rabu (1/6/2016).
Data indeks manufaktur Institute for Supply Management naik lebih dari perkiraan ekonom di bulan Mei, dibantu oleh peningkatan pesanan yang menandakan rebound manufaktur AS dari penurunan di awal tahun 2016.
Setelah indeks manufaktur ISM, investor menantikan data upah pada Jumat mendatang untuk petunjuk lebih lanjut mengenai prospek suku bunga acuan AS / Fed Fund Rate (FFR).
Gubernur the Fed Janet Yellen mengatakan pekan lalu pemulihan ekonomi mungkin akan menjamin kenaikan FFR dalam beberapa bulan mendatang.
Analis memperkirakan kemungkinan sebesar 52% untuk kenaikan suku bunga acuan pada bulan Juli, sedangkan probabilitas kenaikan pada Juni turun menjadi 20% dari 34% minggu lalu.
Pada perdagangan Rabu, tujuh dari 10 sektor di indeks S&P 500 menguat, dipimpin sektor bahan pokok, perawatan kesehatan, dan utilitas. Sektor telekomunikasi, teknologi dan barang tersier menjadi sektor yang menekan indeks.
Sektor bahan pokok menguat, dipimpin oleh saham Whole Foods Market Inc yang melonjak sebesar 4,9%, sedangkan Costco Wholesale Corp menguat 2,5% setelah Goldman Sachs Group Inc menaikkan rating pada saham
General Motors Co turun 3,4%, terbesar sejak 7 Januari, sedangkan Ford Motor Co melemah 2,8% dan menjadi penekan utama sektor barang tersier.
Bahana Securities memperkirakan kurs rupiah atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan hari ini, Kamis (2/6/2016) bergerak di kisaran 13.600-13.700.
Analis Teknikal Bahana Securities Muhammad Wafi mengatakan kemarin rupiah ditutup melemah ke level 13.661.
“Hari ini (2/6/2016) diperkirakan akan bergerak dikisaran 13.600-13.700, dengan kecenderungan melemah,” kata Wafi dalam risetnya.
Bloomberg mengemukakan pada Rabu, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 0,10% atau 13 poin ke Rp13.661 per dolar AS.
Pada perdagangan kemarin, rupiah diperdagangkan di kisaran Rp13.650 -Rp13.697 per dolar AS.
Pelemahan rupiah kemarin terjadi saat mata uang di Asia terpantau bergerak mixed.
Adapun rilis data inflasi yang sesuai estimasi tidak mendorong pembalikan arah rupiah kemarini.
Seperti diketahui, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengumumkan inflasi sepanjang Mei 2016 mencapai 0,24% (month to month/mtm) dan 3,33% (year on year/yoy).
Laju inflasi tahunan tersebut sesuai dengan prediksi Bank Indonesia dan konsensus Bloomberg.