Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah kembali terkoreksi setelah dilansirnya kenaikan data produksi OPEC, terutama dari Irak. Padahal, dalam dua sesi perdagangan sebelumnya minyak berhasil mencapai level tertinggi baru sepanjang 2016.
Kementerian Perminyakan Irak juga menyampaikan ekspor negara produsen terbesar kedua OPEC tersebut pada bulan lalu naik menjadi 3,36 juta barel per hari atau 100,92 juta barel di keseluruhan April. Angka tersebut naik 2,13% m-o-m dari Maret sebesar 3,29 juta barel per hari.
Berdasarkan kompilasi data Bloomberg, bulan lalu Iran memompa minyak mentah sejumlah 4,3 juta barel per hari. Level penyedotan itu meningkat drastis dari 3,25 juta barel per hari pada 2014.
Pada perdagangan Senin (2/5) pukul 17:33 WIB harga minyak Brent kontrak Juli 2016 turun 0,51 poin atau 1,08% menjadi US$46,86 per barel. Sedangkan minyak WTI kontrak Juni 2016 berada di level US$45,58 per barel, merosot 0,33 poin atau 0,74%.
Menurut survei Reuters, suplai OPEC pada April naik 0,52% menjadi 32,64 juta barel dari bulan sebelumnya sebesar 32,47 barel. Angka tersebut hampir menyentuh level produksi Januari ketika Indonesia kembali bergabung yang menjadi penyedotan tertinggi sejak 1997 sejumlah 32,65 juta barel per hari.
ANZ Bank berpendapat momen melemahnya dolar seharusnya membuat negara-negara yang menggunakan mata uang lain memeroleh keuntungan dalam melakukan impor. Namun, naiknya produksi OPEC membuat investor di pasar minyak urung bergairah dalam melakukan pembelian.
Jadwa Investment dalam publikasi risetnya menyampaikan rerata harga Brent mencapai US$41 per barel dan WTI US$40 per barel pada April, meskipun pembicaraan mengenai pembekuan produksi tidak memberikan hasil sesuai ekspektasi pasar.
Namun, adanya kemungkinan pembatasan level penyedotan dalam pertemuan OPEC pada Juni nanti dan melemahnya dolar dapat mendongkrak harga minyak mentah. Adapun tingkat produksi minyak mentah Arab Saudi pada April tidak berubah dari bulan-bulan sebelumnya, yakni 10,2 juta barel per hari.