Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Arab Saudi Siap Kurangi Produksi Minyak, Jika Iran Lakukan Hal yang Sama

Arab Saudi hanya akan membatasi produksi minyaknya jika Iran dan produsen utama lainnya juga melakukan hal yang sama. Wakil Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman menantang para rival utamanya untuk mengambil peran aktif dalam stabilisasi kelebihan pasokan minyak mentah global.
Harga minyak mentah Indonesia turun./JIBI
Harga minyak mentah Indonesia turun./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA – Arab Saudi hanya membatasi produksi minyaknya jika Iran dan produsen utama lainnya juga melakukan hal yang sama.

Wakil Putra Mahkota Arab Saudi  Mohammed bin Salman menantang para rival utamanya untuk mengambil peran aktif dalam stabilisasi kelebihan pasokan minyak mentah global.

Pernyataan Mohammed bin Salman, yang muncul sebagai pimpinan politik terkemuka Arab Saudi, membuat pertemuan antara OPEC dan produsen minyak besar lainnya pada bulan ini dipertanyakan. Sebelumnya, Iran telah mengumumkan rencananya untuk meningkatkan kapasitas produksi setelah  pencabutan sanksi terhadap program nuklir negara itu.

“Jika semua negara setuju untuk mengurangi produksi, kami siap. Tetapi jika ada yang memutuskan untuk meningkatkan produksinya, maka kita tidak akan menolak setiap kesempatan yang ada,” ujarnya, Jumat (1/4/2016).

Minyak mentah Brent turun di bawah US$40 per barel di London, setelah pernyataan tersebut, turun sebesar 1,3% menjadi US$39,81 per barel.

Setelah Organization of Potroleum Exporting Countries (OPEC) meninggalkan upayanya untuk meningkatkan harga minyak pada November 2014, sebagai gantinya mereka fokus untuk melindungi pangsa pasarnya masing-masing. Arab Saudi meningkatkan produksi tertingginya lebih dari 10,5 juta barel per hari, dengan klaim bahwa permintaan pasar telah meningkat.

Pertemuan produsen minyak di Qatar pada 17 April, menjadi lanjutan dari pertemuan sebelumnya pada Februari oleh Arab Saudi, Qatar, Rusia, dan Venezuela yang sepakat untuk melakukan pembatasan produksi  dengan acuan produksi Januari lalu.

Kesepakatan tersebut sempat membantu mengangkat  harga minyak mentah Brent menjadi sekitar US$40 per barel dari level terendahnya selama 12 tahun terakhir sebesar US$27,10 per barel pada Januari lalu. Di saat yang sama empat negara tersebut juga berharap keikutsertaan negara produsen lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper