Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Menguat, Harga Emas Turun

Harga emas mendekati penurunan mingguan terbesar sejak November 2015 akibat adanya kemungkinan kenaikan suku bunga AS yang membuat dolar AS menguat dan menurunkan daya tarik logam sebagai investasi alternatif.

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas mendekati penurunan mingguan terbesar sejak November 2015 akibat adanya kemungkinan kenaikan suku bunga AS yang membuat dolar AS menguat dan menurunkan daya tarik logam sebagai investasi alternatif.

Logam mulia tersebut turun 3,1% pada minggu ini dan menyentuh level terendah dalam sebulan akibat dolar AS yang rebound dari posisi terlemahnya sejak Juli tahun lalu. Sementara itu, Federal Reserve baru-baru ini mengubah rencananya untuk peningkatan suku bunga pada tahun ini.  Pejabat regional telah mengindikasikan dukungannya untuk segera menaikkan suku bunga pada April nanti.

Para traders meyakini ada kemungkinan sebesar 70% bahwa the Fed akan meningkatkan suku bunga pinjaman hingga akhir tahun ini. Keyakinan tersebut berubah drastis dibanding kondisi bulan lalu, yang pada saat itu hanya mencapai 45% saja.

Hal itu mengurangi ekspektasi mengenai penurunan dolar yang akan membuat emas mencapai harga tertingginya dalam satu tahun terakhir pada bulan ini.

“Dolar AS masih menjadi faktor utama untuk emas. Sentimen jangka pendek memiliki dampak negative terhadap investasi logam tersebut,” kata salah satu Analis dari ABN Amro Group NV di Amsterdam Georgette Boelle. Dirinya memperkirakan harga emas akan naik ke level US$1.370 per ons hingga akhir tahun.

Harga emas turun 0,1% menjadi 1.218 per ons pada Kamis (24/3/2016) pukul 10:47 waktu London. Pada Rabu (23/3/2016) harga turun 2,3%, terbesar sejak pertengahan Februari.

Data logam mulia lainnya:

-          Harga perak sedikit berubah menjadi US$15,29 per ons setelah sempat jatuh ke level terendah pada 4 Maret lalu.

-          Platinum kembali jatuh dalam dua hari berturut-turut dengan penurunan 0,7% menjadi US$952,70 per ons

-          Palladium turun 0,4% menjadi US$579.25 per ons.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Avisena
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper