Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Iran Tolak Turunkan Produksi, Harga Minyak Diprediksi Bergerak Konservatif

Harga diprediksi hanya akan rebound ke level moderat jika Iran tidak ikut dalam rencana pembekuan produksi di Doha, Qatar pada 17 April mendatang.nn
Pertambangan minyak di lepas pantai/Antara
Pertambangan minyak di lepas pantai/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Harga diprediksi hanya akan rebound ke level moderat jika Iran tidak ikut dalam rencana pembekuan produksi di Doha, Qatar pada 17 April mendatang.

Pada perdagangan Selasa (22/3) pukul 18:07 WIB harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Mei 2016 turun 0,04 poin atau 0,12% menjadi US$41,47 per barel. Sedangkan minyak Brent berada di level US$41,56 per barel, meningkat 0,03 poin atau 0,05%.

Sekeretaris Jenderal OPEC Abdalla El-Badri menuturkan, ada sekitar 15 atau 16 negara yang bakal hadir dalam diskusi pembekuan produksi minyak mentah di Doha, Qatar bulan depan. Hal ini merupakan langkah lanjutan perjanjian bulan lalu antara Arab Saudi, Rusia, Qatar, dan Venezuela.

Mantan Menteri Perminyakan Libia periode 1990 ini menjamin seluruh negara anggota OPEC akan ikut serta. Namun, Iran tidak akan bergabung sehingga pergerakan harga minyak akan mengalami rebound secara moderat.

"Terserah kepada Iran ingin berpartisipasi atau tidak, ataupun memilih bergabung di kemudian hari. Karena itu, sementara harga [minyak mentah] hanya bergerak moderat alih-alih naik tinggi," ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (22/3/2016).

Selain Iran, Brazil dan Argentina berencana tidak mengirimkan delegasi untuk pertemuan 17 April mendatang.  Alhasil, belum ada kepastian negara non anggota yang bakal berpartisipasi.

Terkait penurunan produksi negara non-OPEC dan pengurangan titik pengeboran di Amerika Serikat, El-Badri menyampaikan, hal tersebut merupakan salah satu strategi asosiasi agar pasar bekerja mandiri melakukan langkah penyeimbangan.

Dalam publikasinya Selasa (22/3/2016), Emirates NBD Research memaparkan beberapa anggota OPEC bakal bergabung dalam pertemuan April nanti. Bahkan, ada indikasi sejumlah perusahaan swasta dari AS dan Kanada untuk turut serta.

Bila rencana pembatasan produksi berlangsung lancar, harga diprediksi bergerak menghijau ke level US$45 per barel dalam 6-12 bulan mendatang. Adapun dalam waktu dekat sentimen positif juga datang dari pemangkasan penyedotan oleh Amerika Serikat.

Research Analyst FXTM Lukman Otunuga dalam publikasinya menuturkan, WTI tetap bearish secara fundamental dan berisiko semakin hancur apabila negara-negara produsen minyak utama tidak berhasil mencapai kesepakatan di rapat bulan April.

Di sisi lain, investor harus memerhatikan Iran yang saat ini berupaya meningkatkan produksi menjadi 4 juta barel per hari dan tidak akan mengikuti kesepakatan di Doha. Dari sudut pandang teknikal, bila WTI kembali menyentuh posisi di bawah US$38 per barel, maka  penurunan lebih lanjut berpotensi menuju US$35 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper