Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA MINYAK: Iran Disorot, Simak Proyeksi Sepekan

Belum adanya kepastian dalam pengurangan produksi minyak membuat tren harga komoditas tersebut terus menurun. Sepanjang minggu ini, harga diperkirakan akan bergerak di rentang US$36,20 - US$39 per barel
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA--Belum adanya kepastian dalam pengurangan produksi minyak membuat tren harga komoditas tersebut terus menurun. Sepanjang minggu ini, harga diperkirakan akan bergerak di rentang US$36,20 - US$39 per barel.

Pada perdagangan Selasa (14/3/2016) pukul 09:50 WIB harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak April 2016 turun 0,11 poin atau 0,3% menjadi US$37,07 per barel. Sedangkan minyak Brent berada di level US$39,34 per barel, tergelincir 0,19 poin atau 0,48%.

Research and Analyst Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan, meski sempat mencapai level tertinggi sepanjang 2016 pada penutupan perdagangan Jumat (11/3), harga minyak tetap berada dalam tren bearish.

Faktor utama yang menekan harga ialah suplai global yang masih berlebihan. Saat ini, masih terjadi tarik menarik jumlah produksi antara negara OPEC, Rusia, dan Iran yang menjadi sentimen penggerak harga.

Di sisi lain, pasar belum melihat adanya upaya penurunan produksi secara signifikan. Rencana pembicaraan lanjutan mengenai pembekuan produksi antara Arab Saudi, Rusia, Venezuela, dan Qatar pun masih menggantung.

"Pasar butuh kepastian mengenai penurunan pasokan. Setelah itu baru harga akan bergerak lebih baik," ujarnya kepada Bisnis.com, Senin (14/3/2016).

Dengan berbagai sentimen yang ada dalam waktu dekat, harga minyak tidak akan terbang di atas US$40 per barel.  Adapun sepanjang minggu ini, lanjut Deddy, harga akan bergerak di rentang US$36,20 - US$39 per barel.

Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh menuturkan, meski para negara produsen ingin membekukan produksi minyak, Iran belum akan ikut serta.  "Setelah mencapai produksi 4 juta barel per hari, baru kami akan bekerja sama dengan mereka," ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg.

Artinya, Iran bakal meningkatkan produksi sebesar 1 juta barel per hari setelah pencabutan sanksi internasional dicabut pada Januari. Berdasarkan data yang dikumpulkan Bloomberg, bulan lalu negara pemerintahan Hassan Rouhani ini memompa produksi minyak hingga 3 juta barel per hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper