Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak diprediksi bakal membaik seiring proyeksi kenaikan permintaan, pengetatan pasokan, rencana diskusi antarnegara produsen perihal tingkat produksi, dan melemahnya dolar Amerika Serikat.
Pada perdagangan Senin (14/3/2016) pukul 12:30 WIB harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak April 2016 turun 0,08 poin atau 0,21% menjadi US$38,42 per barel. Sedangkan minyak Brent berada di level US$40,45 per barel, meningkat 0,06 poin atau 0,15%.
Dalam Oil Market Report (OMR) Maret 2016, International Energy Agency (IEA) menyampaikan, sepanjang 2016 permintaan minyak mentah bakal naik sekitar 1,2 juta barel per hari. Sebelumnya, pada kuartal IV/2015 penyerapan anjlok 1,2 juta barel per hari dari kuartal III/2015 sebesar 2,3 juta barel per hari yang memicu merosotnya harga.
Di sisi lain, produksi minyak global pada Februari berkurang 180.000 barel per hari menjadi 96,5 juta barel per hari akibat kesepakatan pengetatan dari negara-negara OPEC dan nonanggota. Walaupun begitu, angka tersebut naik 1,8 juta barel dibandingkan tahun sebelumnya.
Langkah OPEC yang tetap memacu penyedotan diimbangi penurunan signifikan dari negara non-OPEC. Sepanjang 2016, rata-rata produksi nonanggota berkurang 750.000 barel per hari menjadi 57 juta barel per hari atau merosot 100.000 barel per hari dari OMR bulan lalu.
Produksi minyak mentah OPEC berkurang 90.000 barel per hari pada bulan lalu menjadi 32,61 juta barel per hari. Negara yang paling berkontribusi terhadap penurunan pasokan ialah Irak, Nigeria, dan Uni Emirat Arab.
Sementara itu, persedian emas hitam Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) berjumlah 20,2 juta barel pada Januari. Diperkirakan stok pada Februari bakal meningkat.
Penyimpanan kilang global diperkirakan bertambah sebesar 79,1 juta barel per hari pada kuartal I/2016. Angka tersebut naik 1 juta barel per hari dibandingkan triwulan sebelumnya ketika pertumbuhan permintaan minyak dunia masih melempem.
Harga minyak mentah berhasil menghijau dalam beberapa minggu belakangan. Titik terendah Brent di level US$28,5 per barel pada pertengahan Januari sudah terlewati dan kini menembus level US$40 per barel. Pertumbuhan ini menunjukkan optimisme perbaikan harga ke depannya.
Sejumlah faktor yang menguatkan harga ialah penahanan produksi untuk mengontrol suplai global yang berlimpah, pertumbuhan permintaan, dan pelemahan dolar AS. Akhir Maret, beberapa negara produsen berencana melakukan pertemuan untuk membahas pembekuan penambangan.
Namun, IEA masih belum bisa memprediksi sejauh mana kesepakatan tersebut memengaruhi faktor fundamental suplai dan permintaan pada semester I/2016. Pasalnya, meskipun ada negara yang memangkas produksi seperti Irak, Nigeria, dan UEA, negara lain seperti Irak tetap ngotot memacu pasokan.
Negara non-OPEC dipercaya akan lebih banyak melakukan pengurangan produksi. Prediksi IEA suplai dari negara-negara tersebut bisa terkoreksi hingga 600.000 barel per hari.
"Tentu saja tidak ada jaminan tren pengurangan produksi akan berlanjut. Namun, ada tanda jelas dari kondisi pasar, sehingga mereka berinisiatif untuk menahan diri," papar laporan seperti dikutip Bisnis.com, Senin (14/3/2016).
IEA memerkirakan pada kuartal I/2016 pasokan lebih tinggi 1,9 juta barel per hari dibandingkan permintaan, sedangkan kuartal II selisih berkurang ke 1,5 juta barel per hari. Adapun dalam paruh kedua kesenjangan semakin menyempit dengan proyeksi selisih suplai dan penyerapan ialah 0,2 juta barel per hari.
Prediksi Permintaan Minyak Dunia
Periode Volume (Juta Barel per Hari)
Q1 2015 93,5
Q2 2015 94,03
Q3 2015 95,34
Q4 2015 95,23
Q1 2016 94,66
Q2 2016 95,01
Q3 2016 96,57
Q4 2016 96,74
Prediksi Suplai Minyak Dunia
Periode Volume (Juta Barel per Hari)
Q1 2015 95,12
Q2 2015 96,34
Q3 2015 97,02
Q4 2015 97,23
Sumber: International Energy Agency (IEA), diolah