Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

GRUP SINARMAS: Benarkah Orang Terkaya ke-4 di RI Beli VIVA dari Bakrie Rp27 Triliun?

Grup Sinarmas milik pengusaha terkaya ke-4 di Indonesia, Eka Tjipta Widjaja, menampik telah mengakuisisi PT Visi Media Asia Tbk. (VIVA) dari Grup Bakrie senilai US$2,1 miliar setara dengan Rp27,3 triliun (kurs Rp13.000 per dolar AS).
Eka Tjipta Widjaja
Eka Tjipta Widjaja

Bisnis.com, JAKARTA--Grup Sinarmas milik pengusaha terkaya ke-4 di Indonesia, Eka Tjipta Widjaja, menampik telah mengakuisisi PT Visi Media Asia Tbk. (VIVA) dari Grup Bakrie senilai US$2,1 miliar setara dengan Rp27,3 triliun (kurs Rp13.000 per dolar AS).

Vice Chariman sekaligus Managing Director Grup Sinarmas Soeherman Gandi Sulistiyanto membantah informasi yang menyebutkan pihaknya mengakuisisi kepemilikan perusahaan media dari Grup Bakrie.

"Tidak benar (mengakuisisi Grup VIVA). Kami belum ada dalam rencana (masuk ke bisnis media)," katanya melalui pesan singkat kepada Bisnis.com, Minggu (6/3/2016).

Informasi aksi korporasi raksasa dua taipan antara Eka Tjipta Widjaja dan Aburizal Bakrie itu santer dibahas di forum trader dan investor saham. Bahkan, disebutkan nilai akuisisi saham VIVA mencapai US$2,1 miliar.

Jika ditelisik lebih jauh, Eka Tjipta Widjaja dengan kekayaan yang ditaksir majalah Forbes mencapai US$5,3 miliar setara dengan Rp68,9 triliun itu rajin mengoleksi aset-aset Grup Bakrie.

Sejumlah alasan memang menunjukkan kedekatan Grup Sinarmas dengan Grup Bakrie. Salah satu putra mahkota orang terkaya Eka Tjipta Widjaja yakni Franky Oesman Widjaja disebut dekat dengan Nirwan Bakrie yang tengah mengendalikan grup milik Ahmad Bakrie tersebut.

Sinarmas memang getol memborong aset milik Bakrie sejak 2013. Melalui PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE), Sinarmas membeli lahan seluas 3 Hektare di kawasan Rasuna Epicentrum Kuningan Jakarta milik PT Bakrieland Development Tbk. (ELTY).

Bumi Serpong Damai merogoh kocek Rp868,93 miliar untuk membeli lahan yang rencananya akan digunakan untuk membangun apartemen itu. Tak lama berselang, tepatnya pada 2014, Sinarmas kembali mengakuisisi pusat perbelanjaan Epicentrum Walk dengan merogoh duit Rp297 miliar.

Pada bisnis perkebunan, Golden Agri Resources Ltd., membeli lahan sawit seluas 16.000 Ha milik PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk. (UNSP). Nilai aksi korporasi itu mencapai US$178 juta.

Seakan tak mau ketinggalan, pada akhir 2014, perusahaan telekomunikasi milik Sinarmas PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) juga merangsek ke dalam Grup Bakrie. Smartfren menjalin kerjasama pemakaian jaringan dengan PT Bakrie Telecom Tbk. (BTEL).

Terakhir kalinya, konglomerasi Eka Tjipta itu menguasai bisnis batu bara yang sebelumnya digenggam oleh Grup Bakrie melalui PT Berau Coal Energy Tbk. (BRAU).

Melalui pernyataan resmi pada Rabu (1/7/2015) tahun lalu,  Asia Coal Energy Ventures Limited (ACE) mengatakan sebanyak 68,2% pemegang saham Asia Resource Minerals Plc. (ARMS) menerima penawaran pembelian saham yang diajukan. ACE telah mengalahkan penawaran dari Nathaniel Rotschild, yang mengajukan harga US$100 juta.

Anak usaha Sinarmas itu menawarkan untuk membeli saham ARMS dengan harga 56 pence per saham. Nilai totalnya mencapai sekitar US$208 juta. Dengan demikian, ACE akan menjadi pemegang saham mayoritas ARMS.

Beberapa pemegang saham yang setuju adalah Rotschild yang memegang 17,21% saham dan Ravenwood Company Acquisition Limited yang menggenggam 23,81%. Ravenwood adalah perusahaan investasi yang dikendalikan Samin Tan.

Perwakilan Sinarmas Fuganto Widjaja menuturkan dengan persetujuan ini maka seluruh persyaratan yang diperlukan telah dipenuhi. “Penawaran dari ACE telah diterima oleh lebih dari 50% pemegang saham. Sinarmas akan segera bekerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan di tambang Berau Coal untuk meningkatkan nilai aset,” ujarnya.

ARMS merupakan pemegang saham mayoritas PT Berau Coal Energy Tbk. (BRAU). Fuganto melanjutkan meski harga batu bara termal belum lepas dari tekanan, pihaknya berkomitmen melakukan strategi jangka panjang di bisnis ini.

ACE sudah mendapat komitmen atas fasilitas senilai 97 juta pound sterling dari PT Sinar Mas Multiartha Tbk. (SMMA), yang juga anak usaha Grup Sinarmas, untuk membantu mendanai aksi korporasi tersebut. Nilainya setara dengan lebih dari Rp2 triliun.

Informasi aksi korporasi Sinarmas untuk mengakuisisi VIVA bisa jadi bukanlah isapan jempol bila menelusuri kedekatan dua taipan itu. Bahkan, pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (4/3/2016), saham VIVA melonjak 4,91% sebesar 14 poin ke level Rp299 per lembar.

Return saham VIVA sepanjang tahun berjalan mencapai 19,60% dengan kapitalisasi pasar Rp4,92 triliun. Sejak awal tahun, saham VIVA naik 19,6% dari akhir Desember 2015 sebesar Rp250 per lembar.

Per 30 September 2015, Visi Media Asia menderita rugi bersih Rp546,82 miliar dari tahun sebelumnya laba Rp118,29 miliar. Pendapatan yang dikantongi VIVA terkoreksi 11,9% menjadi Rp1,54 triliun dari Rp1,75 triliun.

Total aset perseroan mencapai Rp6,28 triliun dari tahun sebelumnya Rp6,16 triliun. Saham VIVA digenggam oleh PT Bakrie Global Ventura 53,38%, PT Prudential Life Assurance 9,17%, PT Credit Suisse AG Singapore Trust A/C Clients 4,60%, PT Trinugraha Thohir Media Partner 0,79%, PT Bakrie Capital Indonesia 0,31%, dan publik 25,47%.

Ketika dimintai konfirmasi oleh Bisnis.com, Direktur Keuangan PT Visi Media Asia Tbk. David Eric Burke enggan menjawab. Sedangkan, Presiden Direktur VIVA Anindya Novyan Bakrie belum dapat dikonfirmasi.

Jadi, kita tunggu saja kelanjutannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper