Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tekan NPL, Bank Refinancing Perusahaan Tambang

Debitur perusahaan pertambangan memilih untuk refinancing demi restrukturisasi utang kepada perbankan agar rasio kredit bermasalah tidak terus melonjak.
Aktivitas pertambangan.
Aktivitas pertambangan.

Bisnis.com, JAKARTA--Debitur perusahaan pertambangan memilih untuk refinancing demi restrukturisasi utang kepada perbankan agar rasio kredit bermasalah tidak terus melonjak.

Head of Corporate Communication Division PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) Febrianti Nadira mengakui sejumlah perbankan di Indonesia meminta untuk segera restrukturisasi pinjaman. Namun, mitra perbankan emiten berkode saham ADRO tersebut tidak mengubah komitmennya terhadap perseroan.

"Adaro sudah melakukan refinancing untuk anak perusahaan yang 100% sahamnya dimiliki oleh Adaro Energy dengan nilai pinjaman US$320 juta," ungkapnya saat dihubungi Bisnis.com, Selasa (2/2/2016).

Pada 21 Desember 2015, dua anak usaha milik Adaro, yakni PT Sapta Indra Sejati dan PT Maritim Barito Perkasa, telah meneken fasilitas pinjaman masing-masing sebesar US$200 juta dan US$120 juta. Pinjaman diperoleh dari sindikasi 12 perbankan untuk jangka waktu 6 tahun.

Kedua fasilitas pinjaman tersebut akan digunakan untuk pembiayaan kembali (refinancing) utang Sapta Indra Sejati yang dikantongi pada 18 Februari 2011, dan Maritim Barito Perkasa pada 29 Mei 2012.

Dalam laporan keuangan ADRO per kuartal III/2015, pinjaman bank jangka pendek mencapai US$124,09 juta, turun 22,6% dari akhir tahun sebelumnya senilai US$160,52 juta. 

Pinjaman bank jangka panjang yang dimiliki Adaro, setelah dikurangi dengan bagian jatuh tempo setahun, mencapai US$1,45 miliar. Pinjaman tersebut turun tipis 9,8% dari akhir tahun sebelumnya senilai US$1,61 miliar.

Total liabilitas Adaro per 30 September 2015 mencapai US$2,81 miliar, terkoreksi 10,74% dari akhir tahun lalu yang mencapai US$3,15 miliar.

Direktur dan Corporate Secretary PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) Dileep Srivastava secara terpisah menegaskan perseroan tidak memiliki utang dari bank di Indonesia.

"Utang kami kepada CIC (China Investment Corporation) dan pemegang obligasi secured dan unsecured asing, serta dari sejumlah perbankan," katanya.

Menurutnya, selama lebih dari setahun, BUMI telah melakukan dialog intesif dengan para pemegang obligasi. Manajemen BUMI berharap menemukan solusi terbaik bagi perjanjian restrukturisasi utang perseroan.

Dalam laporan keuangan Bumi Resources per kuartal III/2015, pinjaman jangka panjang yang jatuh tempo dalam setahun mencapai US$3,63 miliar, melonjak tipis 1,42% dari akhir tahun sebelumnya senilai US$3,58 miliar. Obligasi konversi tidak mengalami perubahan mencapai US$375 juta.

Bumi Resources tercatat tidak memiliki pinjaman jangka panjang, lantaran jatuh tempo dalam waktu setahun. Total liabilitas Bumi Resources mencapai US$5,79 miliar per 30 September 2015, naik 8,4% dari akhir tahun sebelumnya US$5,34 miliar.

"Kami akan berusaha untuk mencari cara untuk menyelesaikan hal ini secepat mungkin. Kami juga melakukan hedging secara alami karena pendapatan dalam bentuk dolar AS," tuturnya.

Kondisi berkebalikan terjadi pada emiten tambang pelat merah, PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. Direktur Utama Antam Tedy Badrujaman mengklaim perseroan tidak memiliki kreditor yang meminta untuk segera melakukan restrukturisasi utang.

"Tidak ada info tersebut," katanya melalui surat elektronik.

Per 30 September 2015, total pinjaman bank jangka pendek Antam mencapai Rp2,95 triliun, lebih tinggi dari sebelumnya Rp2,52 triliun. Pinjaman investasi yang jatuh tempo dalam setahun mencapai Rp291,67 miliar dari sebelumnya Rp224,31 miliar.

Utang obligasi jangka panjang tidak mengalami perubahan mencapai Rp2,99 triliun. Pinjaman investasi setelah dikurangi bagian jatuh tempo dalam setahun mencapai Rp3,4 triliun, naik 50,2% dari akhir tahun lalu Rp2,26 triliun.

Total liabilitas emiten berkode saham ANTM tersebut mencapai Rp11,29 triliun per kuartal III/2015. Jumlah tersebut naik 13,4% dari akhir tahun sebelumnya senilai Rp9,95 triliun.

Analis PT Koneksi Capital Alfred Nainggolan menilai restrukturisasi utang oleh perusahaan tambang dengan denominasi valuta asing bakal kian sensitif terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah.

"Memang ini semakin berisiko, tapi ini menjadi spekulasi yang bagus yang dilakukan oleh perusahaan tambang karena faktor rupiah mengalami penguatan lebih besar," tuturnya.

Dia memproyeksi, nilai tukar rupiah pada akhir tahun akan menguat seiring dengan positifnya pertumbuhan ekonomi. Rupiah bahkan diperkirakan dapat menyentuh level Rp13.500 per dolar AS pada akhir tahun ini.

Jika kurs rupiah menguat, sambungnya, perusahaan tambang yang melakukan refinancing dengan pinjaman Valas tentu akan diuntungkan. Namun, secara keseluruhan, risiko pinjaman Valas terbilang lebih besar ketimbang dalam denominasi rupiah.

"Tapi enggak ada cara yang lain. Kalau mau restrukturisasi dengan bank lokal pasti harus membayar bunga yang lebih besar," ucapnya.

Tidak hanya itu, perusahaan tambang juga harus melakukan lindung nilai bila meminjam dana dari perbankan luar negeri. Pasalnya, akan ada peningkatan eksposur beban bunga, nilai tukar, dan beban utang.

Hal itu akan menjadi pukulan kedua bagi perusahaan tambang lantaran volatilitas nilai tukar rupiah terbilang tinggi. Pukulan depresiasi rupiah akan kian menekan kinerja emiten tambang setelah mendapatkan gempuran dari pelemahan harga komoditas.

Dia mencontohkan, pinjaman perbankan berdenominasi rupiah mematok bunga sekitar 14%-15%. Sedangkan, kredit berdenominasi dolar AS dipatok 4%-6%, dengan penguatan rupiah, dipastikan emiten tambang bakal lebih diuntungkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper