Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pergerakan Saham HMSP: Setelah Meroket, Waspadai Profit Taking

Semenjak masuk ke dalam Indeks LQ-45, investor masih terus memburu saham PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (HMSP). Namun, perlu diwaspadai adanya profit taking setelah lonjakan 18,63% sejak awal pekan ini.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Semenjak masuk ke dalam Indeks LQ-45, investor masih terus memburu saham PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (HMSP). Namun, perlu diwaspadai adanya profit taking setelah lonjakan 18,63% sejak awal pekan ini.

Saham HMSP terus melonjak sejak awal tahun ini sebesar 15,02% dari Rp93.025 per lembar menjadi Rp107.000 per saham. Bahkan, sejak masuk ke dalam Indeks LQ-45, saham HMSP terus bertengger pada jajaran top leaders.

Perdagangan saham Kamis (28/1/2016), HMSP melonjak 2,88% sebesar 3.000 poin ke level Rp107.000 per lembar. Total transaksi harian menapai 2,09 juta lembar dengan harga tertinggi Rp109.800 per lembar.

Analis PT Reliance Securities Tbk. Lanjar Nafi mengatakan sejak masuknya HMSP ke dalam 45 saham paling likuid atau LQ-45, investor menjadikan saham produsen rokok tersebut menjadi paling favorit. Fund manager banyak yang memasukkan saham HMSP ke dalam portofolio mereka.

"Rata-rata fund manager atau Dana Pensiun membuat portofolio berdasarkan pemberat terhadap IHSG (Indeks harga saham gabungan), HMSP menjadi favorit karena memberatkan Indeks," katanya saat dihubungi Bisnis.com, Kamis (28/1/2016).

Dia menilai, dalam jangka panjang, pergerakan saham HMSP bakal positif. Namun, jangka pendek, saham HMSP perlu diwaspadai adanya profit taking.

Pada perdagangan kemarin, katanya, saham HMSP sempat menembus level tertinggi Rp109.800 per lembar. Namun, saham HMSP ditutup lebih rendah dari level tersebut, sehingga perlu diwaspadai adanya tekanan pada harga saham ini.

"Kemungkinan ke depan, ada profit taking jangka pendek. Dari teknikal, saham HMSP bisa bergerak hingga Rp110.000 per lembar. Tapi jangka panjang masih up trend," tuturnya.

Secara terpisah, Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo, mengatakan fund manager yang memburu saham HMSP terbilang terlambat. Seharusnya, fund manager sudah mengambil posisi beli saham HMSP sejak Desember 2015 saat harganya terbilang rendah.

"Kenaikan harga saham HMSP lebih ke arah karena fund manager kedororan. Tidak ada juga omongan kalau harga rokok mau naik," ujarnya.

Lonjakan harga saham HMSP, sambungnya, terjadi lantaran mayoritas fund manager belum memasukkan ke dalam portofolio. Akhirnya, fund manager dan Dana Pensiun pun terlihat kelabakan.

Kemudian, katanya, lonjakan saham HMSP harus diperhatikan oleh PT Bursa Efek Indonesia. BEI harus menyadari adanya lonjakan saham-saham berkapitalisasi pasar besar dapat menjadi ancaman serius bagi pergerakan Indeks harga saham gabungan (IHSG).

Satrio menginginkan agar BEI kembali merumuskan penghitungan IHSG. Pasalnya, saham-saham big cap dengan free float kurang dari 15%, saat ini mampu menyetir pergerakan IHSG.

Dia berharap, bagi saham-saham big cap dengan free float minim, tidak lagi menjadi pemberat IHSG. Bila tetap demikian, IHSG diproyeksi bakal terganggu kenetralannya.

Tidak hanya itu, lonjakan harga saham HMSP juga didukung oleh adanya pekan reksadana di BEI. Fund manager menilai dengan memasukkan saham HMSP ke dalam portofolio, tentunya akan membuat kinerja reksadana semakin positif.

"Seharusnya emiten yang free float-nya 15% ke bawah, harus dikurangi pengaruhnya terhadap IHSG. Bobot jangan maksimum 100%. Sekarang juga sudah waktunya HMSP untuk stock split 1:10, HMSP harus menambah lagi saham publiknya," katanya.

Data di Bloomberg, menyebutkan saham HMSP memiliki kapitalisasi pasar Rp497,84 triliun dengan free float 349,6 juta lembar. Tahun ini, HMSP diproyeksi dapat mengantongi pendapatan Rp98,5 triliun dan Rp109,1 triliun pada 2017.

Hingga akhir 2015, produsen rokok milik Philip Moris itu diproyeksi mengantongi laba bersih Rp10,7 triliun. Tahun ini, HMSP diperkirakan memperoleh laba bersih Rp12,12 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper