Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas Rendah: Emiten Tambang Batu Bara Bidik Target Minim

Terus melamahnya harga komoditas yang terseret oleh anjloknya harga minyak mentah dunia, membuat emiten pertambangan batu bara membidik pertumbuhan produksi pada 2016 lebih konservatif dibandingkan dengan tahun lalu.
Terus melamahnya harga komoditas yang terseret oleh anjloknya harga minyak mentah dunia, membuat emiten pertambangan batu bara membidik pertumbuhan produksi pada 2016 lebih konservatif dibandingkan dengan tahun lalu./JIBI
Terus melamahnya harga komoditas yang terseret oleh anjloknya harga minyak mentah dunia, membuat emiten pertambangan batu bara membidik pertumbuhan produksi pada 2016 lebih konservatif dibandingkan dengan tahun lalu./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA - Terus melamahnya harga komoditas yang terseret oleh anjloknya harga minyak mentah dunia, membuat emiten pertambangan batu bara membidik pertumbuhan produksi pada 2016 lebih konservatif dibandingkan dengan tahun lalu.

Dari data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, lima emiten tambang batu bara membidik produksi hanya tumbuh 12,5% year-on-year menjadi 118,2 juta ton.

Head of Corporate Communication Division PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) Febrianti Nadira mengatakan target produksi pada tahun ini belum dapat dipublikasikan lantaran masih dalam proses finalisasi. Tetapi, data di Kementerian ESDM menyebutkan ADRO membidik target produksi 62,03 juta ton, naik 9,01% dari realisasi tahun lalu 56,9 juta ton.

"Pertambangan batu bara di Adaro terkena tekanan akibat pelemahan harga komoditas. Tapi kami masih optimistis target EBITDA bisa dicapai karena strategi di sektor batu bara, jasa pertambangan dan logistik serta ketenaga listrikan," ungkapnya saat dihubungi Bisnis.com, Senin (25/1/2016).

Manajemen membidik target EBITDA 2015 sebesar US$550 juta hingga US$800 juta. Saldo kas perseroan pada periode kuartal III/2015 mencapai US$785 juta.

Kondisi terus melahnya harga komoditas, sambungnya, dinilai tidak mudah bagi emiten pertambangan. Manajemen ADRO mengklaim harus mengandalkan keunggulan, termasuk efisiensi dan memperkuat bisnis logistik.

Tahun lalu, katanya, perseroan membidik target 52 juta-54 juta ton dari target awal 54 juta-56 juta ton. Per 30 September 2015, produksi ADRO mencapai 39,8 juta ton.

Belanja modal (capital expenditure/Capex) sepanjang tahun lalu dialokasikan sebesar US$77 juta hingga US$125 juta. Penyerapan belanja modal hingga September telah mencapai US$58 juta.

General Manager Corporate Communication PT Berau Coal Energy Tbk. Singgih Widagdo secara terpisah mengatakan perseroan membidik target produksi pada tahun ini sebesar 26,55 juta ton. Target tersebut stagnan dari realisasi tahun lalu 26,55 juta ton.

Entitas usaha Grup Sinarmas tersebut mengalokasikan belanja modal tahun ini lebih rendah dari tahun lalu yang mencapai US$30 juta.  Minimal, emiten berkode saham BRAU tersebut bakal mengerem ekspansi.

"Capex musti turun dan tidak mungkin naik. Target produksi minimal sama dengan tahun kemarin," tuturnya.

Kondisi berkebalikan terjadi pada emiten pelat merah PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. Bukit Asam menjadi emiten paling optimistis lantaran membidik pertumbuhan produksi 83,97% y-o-y menjadi 10,32 juta ton tahun ini.

Joko Pramono, Sekretaris Perusahaan Bukit Asam, mengatakan di tengah tekanan terhadap harga komoditas batu bara, perseroan menyiasati dengan meningkatkan produksi pada tahun ini.

"Kami tingkatkan lagi produksi dengan strategi yang kami miliki, dari sisi marketing dan harga memiliki tekanan tinggi," kata Joko.

Menurutnya, terus turunnya harga komoditas batu bara sejak Januari hingga 20%, membuat perseroan harus memeras kemampuan untuk menjaga margin. Permintaan batu bara produksi emiten berkode saham PTBA tersebut diklaim masih lebih baik ketimbang harga yang terus melorot.

Strategi yang dilakukan PTBA, katanya, di antaranya melakukan sinergi dengan anak-anak usaha, pengembangan usaha, dan efisiensi biaya. Perseroan juga mengandalkan penggunaan peralatan tambang berbahan bakar listrik agar biaya yang dikeluarkan lebih kecil.

Dia memastikan, kenaikan target produksi batu bara dilakukan agar pendapatan yang dikantongi PTBA lebih optimum. Meski termasuk perusahaan tambang batu bara kelas menengah, PTBA menjaga kualitas dan branding agar sesuai dengan kebutuhan pasar.

Pada tahun ini, PTBA menganggarkan belanja modal senilai Rp3,5 triliun, termasuk carry over dari investasi tahun lalu. Pada 2015 silam, perseroan menganggarkan belanja modal US$500 juta-US$600 juta.

Belanja modal yang dianggarkan pada tahun ini rencananya bakal berasal dari kas internal perseroan. Namun, bila dihitung seluruh proyek tahun lalu terlaksana sesuai jadwal, Capex tahun ini terbilang lebih rendah.

Lydia J. Toisuta, analis PT J.P. Morgan Securities Indonesia menilai pada 2015 silam, saham emiten tambang batu bara di Asean, termasuk Indonesia, turun paling dalam lantaran pemangkasan produksi dan tekanan biaya.

J.P. Morgan masih menilai sektor pertambangan batu bara masih akan bearish pada tahun ini. Proyek transmisi listrik yang diproyeksi baru rampung 50%, diperkirakan dapat menambah permintaan batu bara dua kali lipat pada 2020.

Lambatnya pembangunan transmisi listrik oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) pada 2015, terobati oleh adanya penandatanganan jual-beli listrik oleh PLN sebesar 17 Gigawatt.

"Kami percaya yang dapat memberikan katalis bagi produsen batu bara sebagai penerima manfaat adalah pengumuman konstruksi transmisi Jawa-Sumatra dan pemenang tender pembangkit listrik Sumatra," katanya dalam riset belum lama ini.

J.P. Morgan memproyeksikan produksi batu bara Indonesia mengalami koreksi rerata 7% pada 2016-2017. Pada tahun lalu, produksi batu bara Tanah Air telah melorot 18% dari tahun sebelumnya.

Dia berasumsi ekspor batu bara ke China dan India akan terus merosot hingga akhir 2017. Produsen tambang batu bara berkapasitas mini dengan arus neraca yang lemah diperkirakan akan tersisih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper