Bisnis.com, JAKARTA— Samuel Sekuritas Indonesia mengemukakan nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan hari ini, Jumat (11/9/2015) menyoroti rapat Fed pekan depan dan dampak paket kebijakan ekonomi September I serta rilis data ekonomi dalam negeri.
“Di tengah kegugupan menjelang FOMC meeting, fokus akan beralih ke angka neraca perdagangan Indonesia yang datang Selasa mendatang yang masih akan surplus. Perhatikan pertumbuhan impor sebagai indikator pertumbuhan,“ kata Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta dalam risetnya yang diterima hari ini, Jumat (11/9/2015).
Dikemukakan, setelah pemerintah mengumumkan paket kebijakan, kemarin rupiah terjerembab.
Ketiadaan rincian, ujarnya, menghilangkan kredibilitas kebijakan sehingga menggerus harapan berlebih yang sudah terlanjur naik menjelang pengumuman Presiden kemarin.
Walaupun dolar sedikit menguat di Asia akibat meningkatnya harapan deflasi (perlambatan ekonomi) China, rupiah mengalami pelemahan yang relatif dalam bersamaan dengan pelemahan indeks harga saham gabungan (IHSG) serta surat utang negara (SUN).
Harga komoditas yang membaik dan indeks dolar yang turun, ujarnya, masih akan memberikan kekuatan tambahan mata uang Asia, termasuk rupiah, terhadap dollar. Walaupun isu negatif domestik bisa memberikan tekanan lebih terhadap rupiah.
Sementara itu walaupun inflasi konsumen China berhasil naik, deflasi harga produsen yang memburuk, memberikan tambahan kekhawatiran atas prospek pertumbuhan Tiongkok dan juga dunia.
Hal tersebut sudah cukup membuat mayoritas indeks saham dan mata uang di kawasan Asia untuk melemah hingga Kamis sore.
“Hingga dini hari tadi dollar index melanjutkan pelemahannya, seiring dengan semakin terpangkasnya ekspektasi kenaikan Fed Rate dan juga optimisme pertumbuhan di Zona Euro,” kata Rangga.