Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MENKEU BAMBANG: Bank Sentral China Biang Jemblok Rupiah

Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro menilai merosotnya nilai tukar Garuda yang makin mendekati Rp13.000 per dolar AS disebabkan oleh kebijakan Bank Sentral China.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro /Bisnis-Dedi Gunawan
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro /Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro menilai merosotnya nilai tukar Garuda yang makin mendekati Rp13.000 per dolar AS disebabkan oleh kebijakan Bank Sentral China.

"Memang kondisi hari ini ada proyeksi yang negatif terhadap pertumbuhan China, jadi mata uang negara-negara yang punya kaitan dengan china yang besar termasuk Indonesia ya melemah," kata Bambang di Kantor Wapres, Senin (2/3/2015).

Berdasarkan Bloomberg Dolar Index, pada hari ini rupiah dibuka pada level Rp12.976/US$ atau melemah dibandingkan penutupan Jumat (27/2) Rp12.931/US$.

Rupiah sempat menyentuh Rp13.000/US$ sekitar pukul 10:30 WIB. Kurs diperkirakan bergerak pada kisaran Rp12.955-13.001 per dolar AS. "Bukan masalah tidak apa-apa, cuma kondisi seperti itu. Nanti BI (Bank Indonesia) yang intervensi di pasar kalau diperlukan," tuturnya.

Bambang mengungkapkan faktor eksternal sangat dominan mempengaruhi pergerakan mata uang Garuda. Pasalnya, dari sisi internal, indikator perekonomian dinilai cukup kondusif. Salah satunya, tingkat harga yang membentuk deflasi 0,36% pada Februari 2015.

"Makanya ini bukan masalah dalam negeri. Ini masalah luar karena ada sentimen negatif terhadap China yang membuat orang spekulasi, ekonomi yang terkait China seperti Indonesia akan terganggu," tegas Bambang.

Seperti diberitakan, People Bank of China (PBOC) atau Bank Sentral China kembali memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke 5,35%. Langkah itu merupakan penurunan ketiga kali setelah pemangkasan 40 bps pada November 2014.

Pemangkasan suku bunga acuan China ditujukan untuk menangkal deflasi dan menjaga laju pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, laju inflasi Januari 2015 tercatat hanya 0,8%, terendah sejak 2009.

Langkah PBOC itu memicu penguatan dolar AS lantaran minat investasi global yang kembali beralih ke mata uang Greenback.  []

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ana Noviani
Editor : Fatkhul Maskur

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper