Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

GARUDA INDONESIA: Pasar Singapura Sepi, Global Bond US$500 juta Mundur

Penerbitan obligasi global senilai US$500 juta maskapai penerbangan pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mundur dari target awal akibat kondisi pasar di Singapura tengah lesu.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA-- Penerbitan obligasi global maskapai penerbangan pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mundur dari target awal akibat kondisi pasar di Singapura tengah lesu.

I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra, Direktur Keuangan Risiko & Teknologi Informasi Garuda Indonesia, mengatakan perseroan memang berencana untuk menerbitkan surat utang berdenominasi dolar Amerika Serikat pada kuartal I/2015 untuk reprofiling utang.

"Tapi market di Singapura sedang quiet, jadi kami akan melihatnya April," ungkapnya, Selasa (27/1/2015).

Dia menyebutkan, surat utang berdenominasi dolar AS itu memiliki tiga pilihan yang akan diambil oleh perseroan. Diantaranya obligasi global, Singapore bonds, dan Sukuk global, dengan nilai maksimum US$500 juta.

Penerbitan global bond tersebut, sambungnya, sepenuhnya akan digunakan untuk pembayaran dan reprofiling utang jatuh tempo pada tahun ini sebesar US$350 juta atau Rp4,5 triliun dan pada awal 2016 sebesar US$135 juta.

Rencananya penerbitan surat utang global tersebut memang akan dilakukan di Singapura. Saat ini, perseroan telah menunjuk penjamin pelaksana emisi yakni DBS Bank Singapura dan Standard Chartered Bank.

Ari memastikan, jika emisi obligasi global tersebut tidak diserap investor, pihaknya memiliki pilihan untuk mencari pinjaman sindikasi dari perbankan yang telah bekerjasama dengan Garuda.

Pinjaman sindikasi perbankan itu diperkirakan akan dilakukan pada awal semester II/2015 setelah adanya kepastian emisi global bonds. Perseroan saat ini telah bekerjasama dengan Standard Chartered Bank, PT Bank CIMB Niaga Tbk., dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.

Manajemen emiten berkode saham GIAA tersebut mengkaji pinjaman sindikasi dengan nilai minimum US$485 juta atau setara dengan utang jatuh tempo perseroan pada tahun ini dan pada 2016.

Dalam laporan keuangan perseroan, GIAA memiliki utang jangka panjang per 30 September 2014 sebesar US$578,1 juta atau setara Rp6,93 triliun dari sebelumnya US$324,6 juta. Liabilitas jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun mencapai US$255,64 juta, dan utang obligasi sebesar US$162,7 juta atau setara dengan Rp1,95 triliun.

"Pinjaman sindikasi perbankan nantinya dalam bentuk dolar AS, tapi bisa juga rupiah. Nanti kami tinggal cross currency swap seperti kemarin dengan BNI, bunganya cukup bagus," paparnya.

Perseroan sebelumnya melakukan transaksi cross currency swap dengan Bank BNI dengan nilai Rp1 triliun. Transaksi tersebut dilakukan sebagai langkah lindung nilai atau hedging valuta asing terhadap risiko tingkat bunga. (Bisnis.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper