Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

GARUDA (GIAA): Tetap Tambah Utang Meski Telah Menggunung

Utang maskapai penerbangan pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. yang telah menggunung tidak hperseroan untuk terus menambah porsi pinjaman.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA—Utang maskapai penerbangan pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. yang telah menggunung tidak menyurutkan perseroan untuk terus menambah porsi pinjaman.

Manajemen Garuda Indonesia mengaku belum mendapatkan dana pinjaman sebesar US$810 juta setara dengan Rp9,3 triliun untuk pembelian 18 unit pesawat.

Direktur Keuangan Garuda Indonesia Handrito Hardjono mengatakan pinjaman sebelumnya diperoleh dari Emirates NBD dan Standard Chartered Bank yang merupakan sindikasi dari beberapa bank di Timur Tengah senilai US$200 juta.

"Itu adalah utang US$200 juta yang kita tandatangani dengan Emirates NBD dan Standard Chartered Bank dan di sell down ke beberapa bank di Timur Tengah," ungkapnya melalui pesan singkat, Kamis (28/8/2014).

Dia membantah perseroan kembali mendapatkan dana pinjaman dari sindikasi perbankan tersebut. Meskipun memang perseroan tengah mengincar pendanaan berdenominasi dolar Amerika Serikat senilai US$810 juta.

Pada Senin (21/7), emiten berkode saham GIAA tersebut mengumumkan tengah mencari pendanaan untuk membeli 18 unit pesawat Airbus.

Garuda mencari pinjaman bertenor 10-12 tahun untuk membeli 8 unit pesawat dengan tipe A320 dan 10 unit pesawat A320 Aircraft incorporting the New Engine Option (neo Aircraft).

Kedua jenis pesawat itu akan diproduksi pada 2016-2018 dengan tipe transaksi pinjaman bertenor 10-12 tahun pembiayaan. Perseroan mengundang calon-calon penawar untuk berpartisipasi dalam proses lelang pembiayaan tersebut.

Dia memastikan, pinjaman yang akan dicari perseroan memiliki skema beli-sewa atau leasing. Pesawat yang akan dibeli itu diperuntukkan bagi anak usaha Garuda, Citilink.

Saat ini, neraca keuangan perseroan memang tengah tertekan. Rasio utang terhadap ekuitas emiten berkode saham GIAA itu telah memasuki masa kritis.

Rasio utang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio (DER) Garuda yang tercatat mencapai 1,1 kali, dinilai terlalu ketat untuk mendukung kinerja perseroan. Manajemen menargetkan DER tetap berada pada level 1,1 kali, karena bila lebih dari itu tentu sedikit memberatkan sisi balance sheet.

Hingga akhir Juni 2014, total utang Garuda mencapai US$1,2 miliar dengan nilai ekuitas mencapai US$1 miliar. Sehingga, katanya, DER perseroan mencapai 1,1 kali dengan utang jatuh tempo tahun ini mencapai US$200 juta-US$300 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor :
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper