Bisnis.com, JAKARTA—Pemilihan umum diprediksi bakal membantu penguatan rupiah di tengah perbaikan ekonomi AS yang menekan mata uang Garuda. Terlebih jika partai favorit pelaku pasar mendominasi perolehan suara pada pemilu legislatif.
Analis dari PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan jika hasil quick count menunjukkan konsentrasi suara di beberapa partai yang diunggulkan pasar, hal itu bisa membantu mengimbangi efek rilis Fed Open Market Committee (FOMC) minutes pada Kamis (10/4) dini hari.
“Peraihan suara oleh beberapa partai seperti PDI-P, Golkar, dan Gerindra harusnya bisa positif karena market lebih mengantisipasi calon presiden dari ketiga partai tersebut,” kata Zulfirman saat dihubungi Bisnis, Rabu (9/4/2014).
Pasalnya FOMC minutes, notulensi rapat Federal Reserve (the Fed),diproyeksikan bakal menjadi sentimen positif bagi dolar dan berpotensi besar melemahkan rupiah dan mata uang lainnya.
Jika partai-partai unggulan tersebut mendominasi pemilu legislatif, kata Zulfirman, pasar bakal bernada positif terhadap rupiah. Dia menekankan dari ketiga partai tersebut pasar tampaknya berharap pada Joko Widodo yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Buktinya, kata Zulfirman, saat PDI-P resmi mencalonkan Gubernur DKI Jakarta itu menjadi capresnya indeks dan rupiah langsung terkerek.
Meski begitu, ketika transaksi rupiah dibuka kembali hari ini, kata Zulfirman, penguatan rupiah masih tetap terbatas pada kisaran Rp11.245—Rp11.350 mengingat sentimen eksternal cenderung mendorong penguatan dolar AS.
Adapun secara teknikal rupiah masih perlu mengkonfirmasi level Rp11.245 sebagai level penutupan untuk bisa melaju ke posisi Rp11.000 per dolar AS.