Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Review Rupiah: Tahun Ular Air, Tahun Berat Bagi Rupiah

Tahun 2013 bisa jadi tahun yang berat bagi mata uang Garuda. Sepanjang tahun ini rupiah tercatat terdepresiasi sekitar 25%.

Bisnis.com, JAKARTA—Tahun ini bisa dikatakan sebagai tahun yang berat bagi mata uang Tanah Air. Sepanjang tahun ini rupiah tercatat terdepresiasi sekitar 25%.

Penyebabnya, kondisi fundamental perekonomian nasional yang sedang tak terlalu baik, kemudian diperparah dengan isu seputar ketidakpastian pengurangan stimulus moneter Bank Sentral Amerika Serikat atau tapering off.

Berikut ini serangkaian kejadian penting yang mewarnai pergerakan rupiah sepanjang 2013, Tahun Ular Air dalam penanggalan China:

 22 Januari

Rp9.620, titik terkuat rupiah sepanjang tahun ini. Pengaruh krisis di zone Euro dan mulai munculnya kekhawatiran terhadap kemungkinan pengurangan stimulus moneter Bank Sentral AS (tapering off) turut mempengaruhi pergerakan rupiah.

 22 Mei

Gubernur Federal Reserve (the Fed) Ben S. Bernanke mengumumkan, tapering off bisa dilaksanakan pada 2 Fed Open Market Committee (FOMC) berikutnya. Rupiah tercatat terus melemah ke level Rp9.770.

3 Juni

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan defisit perdagangan Indonesia mencapai US$1,62 miliar selama April. Hal ini membuat rupiah bergerak pada kisaran Rp9.850.

 13 Juni

BI menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6% setelah 16 bulan bertahan pada 5,75%. Rupiah menguat kembali ke level Rp9.800-an.

 2 Agustus

Rupiah menembus Rp10.333 per dolar. Data inflasi yang tinggi segera mempengaruhi rupiah. Analis menilai, kenaikan BBM yang berdekatan dengan Ramadhan dan Lebaran mengerek konsumsi masyarakat. Inflasi Juli melonjak menjadi 8,62% secara y-o-y, tertinggi sejak 1998.

 21Agustus

Rilis notulensi hasil rapat FOMC Agustus, hasil rapat mendukung tapering off tahun ini, rupiah tergerus hingga Rp10.775.

 23 Agustus

Rupiah menembus Rp11.058 per dolar AS. Pemerintah mengeluarkan paket kebijakan I untuk menyikapi pergolakan rupiah, a.l. meningkatkan pajak barang mewah, menaikkan presentase campuran biodiesel, dan menyederhanakan proses investasi.

 28—29 Agustus

Rupiah menembus level Rp11.265 per dolar AS.BI menaikkan BI rate menjadi 7% dari bulan sebelumnya sebesar 6,5%.

 1-16 Oktober—Shutdown parsial pemerintahan AS. Keputusan tersebut diambil karena tidak adanya kesepakatan soal kenaikan batas atas hutang AS. Shutdown parsial ini adalah yang pertama kali dalam 17 tahun terakhir. Rupiah bergerak dengan volatilitas sangat tinggi, yaitu Rp10.904—Rp11.530 per dolar AS.

 13 November

BI merilis data neraca transaksi berjalan pada kuartal III/2013 sebesar US$8,4 miliar atau setara 3,8% PDB. Rupiah bergerak cukup stabil pada kisaran Rp11.300—Rp11.700 per dolar AS.

 28 November

Rupiah anjlok ke level Rp12.018 per dolar AS. Kekhawatiran terhadap tapering masih menghantui rupiah di tengah kebijakan BI yang membiarkan rupiah floating.

 9 Desember

Pemerintah mengeluarkan paket kebijakan jilid II yang berfokus pada peningkatan pajak impor barang mewah. Namun rupiah tak bergerak dari kisaran Rp11.794.

 19 Desember

Hasil FOMC Desember memutuskan tapering off akan dilakukan per Januari 2014 dengan mengurangi pembelian obligasi senilai US$10 miliar. Rupiah anjlok ke level Rp12.191 per dolar AS di BI dan dibuka pada Rp12.208 di Bloomberg Dollar Index. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Yusran Yunus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper