Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rugi Akibat Kurs Dolar AS, Pendapatan Indosat (ISAT) Masih Tumbuh

Meskipun menderita kerugian akibat lonjakan kurs dolar beberapa waktu lalu, PT Indosat (ISAT) Tbk tetap mencatat pertumbuhan bisnis.

Bisnis.com, JAKARTA - Meskipun menderita kerugian akibat lonjakan kurs dolar beberapa waktu lalu, PT Indosat (ISAT) Tbk tetap mencatat pertumbuhan bisnis.

Berdasarkan ikhtisar laporan keuangan konsolidasi yang belum di audit, Indosat mencatat kenaikan pendapatan.
 
Sejak Januari hingga September 2013 dibandingkan dengan periode yang sama  pada 2012 (year on year), pendapatan Indosat mencapai Rp 17,799 triliun.

Pendapatan perseroan yang terdiri dari bisnis seluler dan non-seluler ini, naik 9,4 % dari 2012 sebesar Rp 16,275 triliun.
 
Bisnis non seluler Indosat sangat menopang kenaikan tersebut yakni sebesar 17,7% dari 2012, selain itu ada kenaikan Earning Before Interest Tax Depreciation Amortization (EBITDA) sebesar Rp 7.966 trilun atau 3,9%, serta ditopang kenaikan Average Revenue Per-User  (ARPU) 1,1% dari Rp 27,2 menjadi Rp 27,5.
 
Tidak hanya tahunan, Indosat juga mencatat kenaikan pendapatan pada triwulan ketiga 2013 mencapai  Rp 6,091 triliun atau naik 2,9% dibandingkan dengan triwulan ketiga 2012 yang sebesar Rp 5,919.

Pendapatan itu terdiri dari Rp 4.907 triliun bisnis seluler dan Rp 1.183 triliun dari bisnis non-seluler.
 
Indosat telah melakukan langkah-langkah ekspansif memperluas jangkauan telepon seluler seperti, menambah jumlah  Base Transceiver Station (BTS) dari 21.642 di tahun 2012 menjadi 23.207 di 2013. Selain itu, Indosat menambah kualitas layanan data dengan menambah jumlah BTS 3G hingga 4.993.
 
Selama 9 bulan pertama 2013 ini Indosat memang tengah mengalami kerugian selisih kurs dolar AS. Kerugian disebabkan oleh sebagian besar utang Indosat menggunakan dollar AS.

Pengamat pasar modal Reza Priyambada mengungkapkan industri telekomunikasi memang sedang mengalami perlambatan sejak beberapa tahun terakhir.

Tidak hanya Indosat, tetapi hal sama dialami oleh pelaku usaha lain. Namun dia optimistis ada pertumbuhan jika operator punya komitmen untuk meningkatkan layanan.

“Sekarang yang diadu bukan jenis produk, karena hampir semua produk operator sama, karena itu hanya operator yang punya layanan terbaik saja yang dipilih konsumen,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper