Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emas Bangkit Dari Level Terendah 8 Pekan Jadi US$1.293,60/Oz

Bisnis.com, SINGAPURA - Emas bangkit dari level terendah dalam 8 minggu karena investor menimbang shutdown pemerintah AS pertama dalam 17 tahun dan prospek stimulus moneter dari Federal Reserve AS.

Bisnis.com, SINGAPURA - Emas bangkit dari level terendah dalam 8 minggu karena investor menimbang shutdown pemerintah AS pertama dalam 17 tahun dan prospek stimulus moneter dari Federal Reserve AS.

Emas batangan untuk pengiriman segera naik 0,5% menjadi US$1.293,60 per ounce, dan diperdagangkan di level harga US$1.292,41 pada pukul 2:10 di Singapura. Harga, yang jatuh 3,1% kemarin di tengah spekulasi bahwa penutupan akan berumur pendek, rebound dari penurunan 0,8% menjadi US$1.277,15, terendah sejak 7 Agustus.

Anggota parlemen menemui jalan buntu dalam pembahasan anggaran untuk tahun fiskal yang dimulai kemarin, memicu shutdown yang berisiko mengganggu pertumbuhan dan memicu spekulasi The Fed dapat menunda mengurangi pembelian obligasi bulanan US$85 miliar jika masalah tersebut berlarut-larut.

Pasar percaya diri bahwa kebuntuan di Washington akan dapat diselesaikan pada waktunya untuk menghindari gangguan ekonomi utama, kata penasihat ekonomi Gedung Putih Gene Sperling.

"Antara shutdown pemerintah AS dan tapering Fed, yakni risiko terhadap pasar pasti pergi," kata Jordan Eliseo, kepala ekonom di Australia Bullion Company Ltd, mengatakan melalui telepon dari Sydney.

"Beberapa orang masih melihat emas untuk lindung nilai dari ketidakpastian ekonomi. Isu-isu yang lebih besar adalah perdebatan plafon utang dan keputusan bulan ke bulan oleh Fed."

Emas untuk pengiriman Desember naik 0,5% menjadi US$1,292.10 per ounce di Comex di New York dalam perdagangan yang 6,6% di bawah rata-rata untuk 100 hari terakhir untuk hari ini, demikian data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.

Kontrak berjangka yang paling aktif telah turun 23% tahun ini akibat spekulasi bank sentral AS akan kembali pada skala program quantitative easing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Fatkhul-nonaktif
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper