Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi Bergejolak, Bukit Asam Belum Revisi Target

Bisnis.com, JAKARTA—Produsen batu bara pelat merah PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA)  belum merevisi target penjualan hingga akhir tahun ini, meski dibayangi oleh gejolak ekonomi yang terjadi di dalam negeri dan sejumlah negara tujuan ekspor.

Bisnis.com, JAKARTA—Produsen batu bara pelat merah PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA)  belum merevisi target penjualan hingga akhir tahun ini, meski dibayangi oleh gejolak ekonomi yang terjadi di dalam negeri dan sejumlah negara tujuan ekspor.

Sekretaris Perusahaan Bukit Asam Joko Pramono menuturkan perseroan menargetkan penjualan batu bara bisa terealisasi sekitar 20 juta ton sepanjang tahun ini.

“Belum ada revisi target tahun hingga saat ini. Kami optimistis dapat menjual sekitar 20 juta ton sepanjang tahun ini,” ujar Joko saat dihubungi Bisnis, Minggu (15/9/2013).

Menurut Joko, salah satu pasar ekspor produk batu bara Bukit Asam adalah India, yang dilakukan oleh anak usahanya PT Bukit Asam Prima (BAP).

Di sisi lain, pelemahan rupee terjadi di negara tersebut belakangan ini dipicu oleh naiknya defisit transaksi berjalan, akibat tingginya impor energi, tak terkecuali batu bara.

Kondisi tersebut membuat perusahaan energi di India memberikan sinyal untuk memangkas pembelian batu bara, termasuk dari Indonesia.

Padahal, selama ini India membeli seperlima dari total ekspor batu bara Indonesia. Indonesia menargetkan dapat mengekspor batu bara sekitar 317 juta—400 juta ton tahun ini.

Meskipun demikian, perseroan memastikan gejolak ekonomi India belakangan ini belum menekan penjualan batu bara ke negara tersebut dalam jangka pendek.

Keyakinan itu dilatarbelakangi oleh kedatangan 44 lokomotif dan 230 gerbong baru dalam rangka meningkatkan kemampuan angkutan kereta api dari Tanjung Enim, Sumatra Selatan, ke Pelabuhan Tarahan, Lampung.

Bukit Asam mencatat penjualan batu bara dalam 6 bulan pertama tahun ini 8,4 juta ton atau tumbuh sekitar 19% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 7,08 juta ton.

Menurutnya, penurunan harga komoditas tidak memengaruhi performa perusahaan. Sebab, perusahaan melakukan strategi penjualan batubara berkalori tinggi antara 6.300-6.500 kkal/kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Herdiyan
Editor : Ismail Fahmi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper