Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

JAKARTA- Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan Kamis (6/12) diperkirakan bergerak mixed dengan kecenderungan menguat.
 
Analis Sucorinvest Central Gani, Pang Tek Djen menilai 3 dari 4 indikator teknikal bergerak naik dengan Stochastic Oscillator yang menunjukan golden cross. 
 
"Naiknya IHSG pada perdagangan sebelumnya diikuti oleh kenaikan volume sehingga diperkirakan indeks dapat melanjutkan penguatan," katanya, Rabu (5/12). 
 
Angka support-resistance akan berada di kisaran 4273 - 4301. Adapun saham-saham direkomendasikan tahan (hold) antara lain ASII, ISAT, dan JSMR. Sementara itu, rekomendasi jual (sell) terhadap INDF, INTP, dan SMGR.
 
IHSG pada perdagangan Rabu (5/12) ditutup naik 17,18 poin atau 0,4% di level 4.286,8. Seiring kenaikan tersebut, indeks Bisnis27 juga menguat 1,13 poin atau 0,32% menjadi 358,38.
 
Beberapa saham yang menjadi top gainer antara lain AALI, LMSH, HMSP, GGRM, dan JPFA. Adapun ITMG, UNVR, SCCO, NIPS, dan PTBA terkoreksi cukup dalam dan menjadi saham top loser.
 
Sebagian besar sektor saham terpantau menguat dengan kenaikan tertinggi dipimpin sektor aneka industri dan agri dengan persentase 1,84% dan 1,33%. Sementara sektor konsumer dan infrastruktur tercatat melemah 0,1% dn 0,31%. 
 
Investor asing membukukan jual bersih sebesar Rp553 miliar terhadap saham TLKM, BEST, KLBF, BMRI, dan LPKR. Nilai transaksi perdagangan tercatat sebesar Rp5,6 triliun dengan volume 7,86 miliar saham.
 
Pang Tek Djen menilai penurunan IHSG tidak seiring dengan penguatan mayoritas bursa lain menyusul sentimen positif dari data ekonomi global.
 
"Pemerintah China dikabarkan telah mengijinkan perusahaan asuransi berinvestasi lebih banyak pada perbankan. Di sisi lain, pasar juga berspekulasi tentang data tenaga kerja serta manufaktur di zona euro," jelasnya. 
 
Indeks rebound pada perdagangan kemarin meski pun kenaikan yang terjadi lebih bersifat teknikal.            
 
Pelaku pasar masih memilih berhati-hati menyikapi kebijakan apa yang akan diambil oleh AS terkait fiscal cliff. Belum adanya kebijakan baru mengenainya, diperkirakan ekonomi AS akan tumbuh melambat 1,5% pada 2013, seperti yang diutarakan oleh salah satu lembaga riset swasta dalam survei bloomberg. Proyeksi ini bahkan lebih rendah dibandingkan proyeksi IMF sebesar 2,1%.
 
Berlarut-larutnya pemecahan masalah fiscal cliff  juga disebabkan oleh tarik ulur antar partai politik di negara tersebut yang cenderung telah memiliki sebuah solusi masalah itu. Namun justru dengan adanya tarik ulur tersebut, pasar semakin khawatir jika sampai akhir Desember nanti belum terselesaikan juga, resesi yang lebih parah akan dapat menimpa perekonomian AS kembali. (faa)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Editor : Dara Aziliya
Sumber : Indra & Christine Franciska

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper