Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

RASANYA belum terlalu lama, ketika banyak bank investasi papan atas seperti Bank of America Corp. memprediksi krisis Eropa akan mengerek harga emas ke atas $2.000 per ounce.

 

Itu memang jenis prediksi yang banyak beredar pada Desember 2011, sebelum harga emas bertahan di periode bearish terpanjang selama lebih dari 10 tahun, pada kisaran US$1.600-an per ounce.

 

Bank of America tentu tak sendiri. Ada Goldman Sachs Group Inc., Morgan Stanley dan Barclays Plc, yang sama-sama mendorong investor memborong emas pada Desember dan Januari 2012.

 

Prediksi itulah yang kemudian membuar miliarder global seperti George Soros memborong lebih banyak emas pada kuartal I/2012.

 

Begitu pula manajer hedge-fund John Paulson, yang menjadi pemegang saham mayoritas di SPDR Gold Trust, pedagang emas terbesar di Bursa Komoditas New York.

 

***

 

SOROS atau Paulson tak menghitung ulang, meski setelah pemilu Yunani, dolar AS langsung meroket dan harga emas rontok 21% dari rekor September US$1.923,70 per ounce.

 

Dan Mei lalu, setelah harga emas jatuh 10% sejak awal tahun, bank-bank investasi yang prediksinya salah besar itu kembali berkata harga emas akan rebound tahun ini atau tahun depan.

 

Argumennya, Federal Reserve akan mendorong pertumbuhan ekonomi global dengan menerbitkan kebijakan pelonggaran moenter dan devaluasi dolar AS.

 

“Target US$2.000 menjauh, bukan hilang,” kata John Stephenson, analis First Asset Investment yang November lalu memprediksi emas akan tembus US$2.500 dalam beberapa bulan.

 

“Kita akan lihat lebih banyak stimulus The Fed, dan itu akan mendorong harga emas, tapi kenyataannya kita memang harus menunggu sampai ada hasil dari pemilu Yunani.”

 

Pagi ini, Rabu 6 Juni 2012, ketika harga emas naik 0,48% ke US$1.624,70 per ounce, Anda tentu boleh tak percaya dengan orang yang emasnya nyangkut seperti Stephenson. (Diolah dari Bloomberg/Bsi)

 

 

BERITA LAINNYA:

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper