Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

JAKARTA: PT Bank Tabungan Negara Tbk memastikan hanya menggelar penawaran saham terbatas sebanyak 10% saham. 
 
Padahal, Kementerian BUMN telah menyetujui rencana BTN menggelar penawaran saham terbatas (rights issue) meski jumlah saham pemerintah akan turun dari 72,92% menjadi 60%.
 
Direktur Utama BTN Iqbal Latanro mengatakan ada alokasi saham untuk program management employee stock option plan (MESOP) yang akan habis periode waktunya. 
 
"Kami hanya lepas 10%, karena sisanya untuk MESOP segera habis. Ini merupakan program lama ketika perseroan menggelar penawaran saham perdana [initial public offering/IPO]," ujarnya kepada Bisnis, tadi malam.  
 
Dia menuturkan mulai hari ini  perseroan akan mengumumkan tender penjamin pelaksana emisi, konsultan hukum, dan profesi pendukung lainnya untuk proses rights issue. 
 
Berdasarkan pengumuman BTN, hanya perusahaan sekuritas yang memiliki modal kerja bersih disesuaikan (MKBD) sebesar Rp100 miliar yang diperbolehkan ikut tender. 
 
Selain itu, perusahaan sekuritas diminta melakukan penjaminan penuh atas rights issue BTN.  Perseroan  membukukan laba bersih Rp313 miliar sepanjang triwulan pertama tahun ini, tumbuh 27,66% dari Rp245 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya. Perolehan laba tersebut salah satunya dipengaruhi oleh pertumbuhan biaya bunga yang lebih rendah dari pada pendapatan bunga.
 
Pendapatan bunga BTN tumbuh 16,49% menjadi Rp2,11 triliun sampai triwulan pertama ini, dari triwulan pertama tahun lalu Rp1,81 triliun. Padahal,  beban biaya bunga hanya tumbuh 10,84% menjadi Rp1,02 triliun dari Rp929 miliar.
 
Rendahnya biaya bunga tersebut, didukung oleh perbaikan struktur dana perseroan. Adapun total perolehan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 33,67% menjadi Rp64,7 triliun sepanjang 3 bulan pertama tahun ini dibandingkan dengan  Rp48,4 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
 
Dana tersebut terdiri atas tabungan sebesar Rp14,79 triliun, giro sebanyak Rp9,5 triliun, dan  deposito senilai  Rp40,4 triliun.
 
Selain itu, kenaikan laba didorong oleh perbaikan kredit macet (non performing loan/ NPL) dari 4,04% pada triwulan I/ 2011 menjadi 3,22% pada triwulan I/ 2012. Padahal, penyaluran kredit sebesar 24,51% dari Rp53,39 triliun pada triwulan I/ 2011 menjadi Rp66,48 triliun pada triwulan I/ 2012.
 
Meski pertumbuhan dana terbilang cukup tinggi, tetapi volume DPK masih berada di bawah kredit. Namun demikian level keketatan pendanaan yang berasal dari DPK telah menurun menjadi 102% dari posisi rasio DPK terhadap kredit pada triwulan pertama tahun lalu 110%.
 
Pada tahun ini, perseroan menargetkan perolehan dana kelolaan di luar DPK dapat mencapai 20% atau maksimal 24% guna mengurangi risiko kekurangan dana bagi kredit yang bertenor panjang.
 
Adapun, perolehan marjin bunga bersih (net interest margin/ NIM) perseroan meningkat menjadi 5,93% per Maret 2012 dari 5,66% pada periode yang sama tahun lalu.
 
Selain pendapatan bunga, pertumbuhan laba  didukung oleh pertumbuhan perolehan pendapatan berbasis biaya (fee based income) 36,49% menjadi Rp191 miliar pada triwulan I/2012 dibandingkan dengan Rp141 miliar pada periode yang sama tahun lalu. (spr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Editor : Kahfi
Sumber : M. Munir Haikal

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper