JAKARTA: Pelanggaran konvenan obligasi Rp650 miliar yang terungkap dalam laporan keuangan 2011 PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) memang tidak masuk kategori technikal default alias gagal bayar.Namun, pelanggaran akibat tidak terjaganya rasio EBITDA terhadap beban bunga obligasi yang dipatok 5 kali untuk 2010-2011 itu jelas mengonfirmasi ancaman default yang tak bisa dianggap remeh.Benar bahwa awal Maret lalu manajemen BTEL masih membayar bunga obligasi yang jatuh tempo 4 September 2012 tersebut sebesar Rp19 miliar. Tapi, tentu saja itu sama sekali tidak menjamin.Selama rencana perseroan mencari US$120 juta dari rights issue dan pinjaman bank--untuk membayar obligasi dan belanja modal 2011--masih belum clear, selama itu pula ancaman default tak beranjak.Berikut informasi emiten selengkapnya, 3 April 2012:
NISP | Rilis 1,51 miliar saham baru pada harga Rp1.000 per share |
EXCL | Batalkan rencana menjual 7.000 menara BTS Rp14 triliun jarang penawar |
BTEL | Langgar konvenan obligasi Rp650 miliar |
INDY | Laba bersih +54% ke Rp1,2 triliun, pendapatan +38,4% ke Rp5,21 triliun |
DSSA | Laba bersih +36% ke US$33,1 juta, pendapatan +62% US$591,24 juta |
BORN | Laba bersih +423% ke Rp1,83 triliun, pendapatan +121% ke Rp6,08 triliun |
ENRG | Laba bersih +273% ke Rp173,9 miliar, pendapatan 69,6% ke Rp2,12 triliun |
INKP | Laba bersih +23,6% ke US$16,06 juta, pendapatan +2% ke US$2,56 miliar |
TKIM | Laba bersih +51,2% ke US$70,83 juta, pendapatan +3,0% ke US$1,38 miliar |
ITMG | Bagi dividen US$462 juta (Bsi) |
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel