Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KOMODITAS: Kopi robusta Indonesia banjiri pasar

JAKARTA: Peningkatan ekspor kopi robusta dari Indonesia diperkirakan menambah penurunan harga yang tahun lalu mencapai 14% di tengah surutnya permintaan akibat krisis utang Eropa.

JAKARTA: Peningkatan ekspor kopi robusta dari Indonesia diperkirakan menambah penurunan harga yang tahun lalu mencapai 14% di tengah surutnya permintaan akibat krisis utang Eropa.

Pengapalan biji kopi dari daerah-daerah penghasil utama di Indonesia, produsen robusta terbesar ketiga di dunia, diperkirakan naik 33% pada 2012, didukung oleh cuaca yang bersahabat.

Menurut Mochtar Luthfie, Kepala Penelitian dan Pengembangan Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia wilayah Lampung, pengiriman dari tiga daerah penghasil robusta akan naik jadi sekitar 260.000 dari 195.606 ton tahun lalu.

Ketiga wilayah yang meliputi Lampung, Sumatra Selatan, dan Bengkulu, merupakan penghasil 80% robusta Indonesia. Data Bloomberg menunjukkan penjualan mencapai 261.970 ton pada 2010, 342.313 ton pada 2009 dan 303.680 ton pada 2008.

Peningkatan ekspor dari Indonesia dapat membantu memperpanjang penurunan harga robusta 14% tahun lalu. Penurunan harga tahun lalu didorong oleh kekhawatiran bahwa krisis utang Eropa dapat melemahkan permintaan pada saat pasokan global menanjak.

"Curah hujan tinggi terlihat di beberapa daerah di Lampung, tetapi secara umum, musim hujan masih cukup normal," kata Luthfie hari ini kepada Bloomberg, 16 Januari 2012.

Menurutnya, jika cuaca tetap baik akan berkontribusi pada jumlah tanaman yang lebih besar tahun ini.

Harga robusta untuk penyerahan Maret turun 2,8% menjadi US$1.832 per ton di bursa NYSE Liffe, London, pada 13 Januari. Ini adalah penurunan pertama dalam 5 hari perdagangan dan harga menyentuh US$1.712 per ton pada 9 Januari, level terendah sejak Oktober 2010.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan curah hujan masih normal meski hujan lebat dengan total bulanan lebih dari 300 milimeter (11,8 inci). Kondisi ini terlihat di beberapa provinsi pada Januari. Curah hujan akan mencapai antara 150 dan 300 milimeter pada Februari dan Maret.

Luthfie mengatakan curah hujan berlebihan dapat mengganggu proses berbunga, menyebabkan buah jatuh dari pohon dan menghambat proses pengeringan kacang, menghasilkan kopi berkualitas rendah.

Pemanenan dalam jumlah kecil di daerah dataran rendah akan mulai pada awal Maret, dengan panen raya diharapkan mulai Mei atau Juni.

"Saya telah mengunjungi beberapa perkebunan dan perbungaan sudah mulai. Saya optimis, dengan cuaca yang baik, panen akan jauh lebih baik dari tahun lalu," kata Luthfie.

Menurut survei Bloomberg atas pedagang, eksportir dan roaster bulan lalu menunjukkan pasokan Indonesia dapat berkembang 33% menjadi 8,3 juta karung atau 498.000 ton pada panen dari April, kenaikan terbesar sejak 1996-1997. Setiap karung beratnya 60 kilogram.

Sementara itu, Departemen Pertanian memperkirakan pasokan kopi Indonesia akan naik menjadi 718.000 ton tahun ini dari 633.990 ton tahun lalu.Gamal Nasir, Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, mengatakan perkiraan pemerintah tidak terbatas pada produksi dari wilayah utama pengembang, yang mengakibatkan angka lebih tinggi dari perkiraan industri. (faa)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Dara Aziliya
Sumber : Bloomberg, Taufikul Basari

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper