Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

SEOUL: Rupiah dan won Korea Selatan memimpin penurunan mata uang Asia terhadap dolar minggu ini di tengah spekulasi investor akan memilih aset yang lebih aman daripada yang berasal dari pasar negara berkembang, efek krisis utang Eropa.
 
Indeks Dolar Asia Bloomberg-JPMorgan jatuh untuk minggu kedua setelah biaya pinjaman Perancis naik pada lelang utang kemarin. 
 
Ada pun Indeks MSCI Asia Pacific atas saham terpangkas 1,9% setelah Perdana Menteri Yunani Lucas Papademos mengatakanpada 4 Januari bahwa perekonomian bisa runtuh pada awal Maret jika negaranya tidak menerima pemotongan pendapatan yang dibutuhkan untuk mengamankan bantuan asing. 
 
Kerugian pada mata uang Asia dibatasi oleh membaiknya data ketenagakerjaan AS yang di luar prediksi ekonom.
 
"Mata uang Asia berada di bawah tekanan karena berlarut-larutnya krisis utang Eropa. Kami telah melihat data AS yang solid, yang memberikan sejumlah dukungan," kata Kozo Hasegawa, trader Sumitomo Mitsui Banking Corp di Bangkok. 
 
Data Bloomberg yang dikompilasi dari bank-bank lokal menunjukkan nilai tukar rupiah merosot 1,5% pekan ini menuju 9.208 per dolar pada pukul 15.34 di Jakarta.
 
Sementara itu, won Korea Selatan melemah 0,9% menjadi 1.162,75 dan peso Filipina turun 0,7% menjadi 44,138. Baht Thailand juga turun 0,2% menjadi 31,63.
 
Sentimen negatif berasal dari Prancis yang menjual obligasi tenor 10-tahun dengan rata-rata imbal hasil 3,29% pada saat lelang kemarin, naik dari 3,18% pada 1 Desember. 
 
Sementara itu, faktor penyokong dari data resmi yang menunjukkan jumlah pekerjaan di AS bertambah 325.000 berdasar gaji pada Desember. Itu adalah peningkatan terbesar sejak 2001 dan melebihi perkiraan tertinggi dari para ekonom.
 
BI Rate
Nilai tukar rupiah turun untuk minggu ketiga karena spekulasi bank sentral akan memangkas suku bunga setelah data BPS menunjukkan tingkat inflasi jatuh ke level terendahnya dalam 21 bulan di 3,79% pada Desember. 
 
Bank Indonesia (BI), yang secara total memotong suku bunga referensi acuan 75 basis poin pada kuartal terakhir menjadi 6%, akan melakukan pertemuan pada 12 Januari.
 
Deputi Gubernur Hartadi Sarwono mengatakan di Singapura kemarin bahwa otoritas moneter melihat ruang untuk mengurangi biaya pinjaman jika diperlukan.
 
"Pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin hingga 50 basis poin adalah yang diharapkan pada kuartal pertama," kata Wiwig Santoso, Kepala Treasury dan Pasar PT Bank DBS Indonesia di Jakarta.
 
Sementara itu, menurut diler mata uang Hana Bank Lee Jin III, kerugian won sebagian didorong oleh investor yang memburu dolar setelah rumor yang hari ini muncul di Korea Utara.
 
Layanan Pengawas Keuangan Korea Selatan mengatakan pihaknya sedang menyelidiki kabar yang menyebar di pasar bahwa ledakan telah terjadi di Korea Utara hari ini.
 
Peso
Peso jatuh untuk minggu kedua setelah pejabat pemerintah menunjukkan inflasi menurun ke posisi terendah dalam 11 bulan terakhir, meningkatkan peluang untuk pemotongan suku bunga.
 
Data resmi menunjukkan inflasi tahunan di Filipina 4,2% bulan lalu, dibandingkan dengan 4,8% pada November. Kemarin Gubernur bank sentral Amando Tetangco mengatakan kepada Bloomberg bahwa data inflasi itu menambah keyakinan bahwa tekanan harga dapat ditangani.
 
Tetangco menuturkan otoritas moneter memiliki ruang untuk mengurangi biaya pinjaman dan mungkin meninjau suku bunga acuan dan persyaratan rasio cadangan bank pada pertemuan 19 Januari.
 
Adapun yuan menuju penurunan mingguan pertama sejak 9 Desember di tengah tanda-tanda pembuat kebijakan mencoba membatasi kenaikan guna melindungi pertumbuhan ekspor.  Yuan turun 0,3% pekan ini jadi 6,3095 per dolar.
 
Di tempat lain, rupee India naik 0,5% minggu ini ke 52,78. Adapun dolar Taiwan naik 0,2% menjadi NT$30,245 per dolar, mata uang Singapura menguat 0,2% menjadi S$1,2940 dan ringgit melaju 0,7% menjadi 3,1510 per dolar dalam sepekan. (LN)
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Sumber : Taufikul Basari/Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper