SURABAYA: Para eksportir kopi di Jawa Timur memperkirakan secara volume ekspor komoditas tersebut di akhir tahun 2011 menurun 25%.
Ichwan Nursidik, sekretaris eksekutif Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Jawa Timur mengatakan rerata realisasi ekspor kopi Jatim sejauh ini masih 5.000 ton per bulan, sehingga diprediksi total ekspor hingga akhir tahun ini hanya berkisar 60.000 ton.
“Padahal tahun lalu, realisasi ekspor kami mencapai 83.832 ton,” katanya pada wartawan, hari ini. Jepang, Jerman dan Malaysia merupakan negara tujuan ekspor utama dengan kontribusi 39,16% terhadap total ekspor anggota AEKI Jatim.
Dari data Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jatim tercatat realisasi ekspor kopi provinsi tersebut hingga September 2011 sebanyak 45.930 ton dengan nilai US$123,59 juta.
Menurut Ichwan, penurunan ekspor ini dipicu oleh menurunnya produksi kopi Jatim hingga 40% dibanding total produksi tahun lalu yang mencapai 54.000 ton.
“Panen kopi hanya sekali tiap tahunnya, di Mei sampai September. Namun, karena tahun ini terlalu sering hujan, kondisi tanamannya kurang bagus,” jelasnya.
Volume ekspor kopi Jatim juga jauh lebih besar dibandingkan hasil produksinya, karena banyak para eksportir yang membeli kopi dari luar daerah untuk diproses ulang di Jatim, baru dijual ke luar negeri.
Selain itu, tambah Ichwan, 90% dari produksi kopi Jatim merupakan kopi jenis arabica, hanya 10% yang berjenis robusta. Sementara di pasar internasional, robusta jauh lebih diminati dan dapat dihargai hingga dua kali lipat dari kopi robusta.
Namun, untuk membudidayakan tanaman kopi jenis robusta di Jatim bukan hal yang mudah. “harus ditanam di lahan dengan ketinggian lebih dari 1.200 m di atas laut, sedangkan lahan semacam itu susah di Jatim,” terang Ichwan.(api)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
