Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

JAKARTA: Pekan depan harga emas diperkirakan masih bergerak konsolidatif menunggu upaya penyelesaian krisis utang Eropa dan stimulus AS, dengan prospek menguat dalam jangka menengah. 
 
Setelah turun cukup tajam harga emas menguat pada akhir pekan di tengah perdagangan yang fluktuatif. Kenaikan dipicu munculnya kembali permintaan aset yang aman setelah survei menunjukkan suramnya tingkat kepercayaan konsumen terhadap prospek ekonomi AS. 
 
Harga emas berjangka emas untuk pengiriman Desember naik US$33,30 atau 1,9% untuk menetap di US$1.814,70 pada penutupan di Comex, New York. Ini adalah kenaikan terbesar sejak 8 September. Namun, harga masih tercatat turun 2,4% minggu ini. 
 
Sementara itu, volume perdagangan pekan depan bisa lebih tipis dari biasanya karena sekitar 500 pedagang, investor institusional dan pengguna fisik akan menghadiri pesta industri tahunan yang diselenggarakan oleh London Bullion Marketing Association di Montreal.
 
“Sementara ini masih bergerak di kisaran lebar US$1.700-US$1.900 per ounce, atau pada kisaran kecil US$1.750-US$1.868 per ounce,” ujar Kepala Riset Real Times Futures Wahyu Laksono kepada Bisnis di Jakarta hari ini.
 
Dia menambahkan bahwa pasar cemas melihat stimulus AS yang menembus US$2 triliun namun kondisi ekonomi tidak banyak berubah. “Emas, meski akan naik, tapi kurang powerfull,” kata Wahyu.
 
Krisis utang telah membuat harga emas melonjak 28% tahun ini, mencapai rekor US$1.923,70 per ounce pada 6 September, di tengah tanda-tanda ekonomi global akan melambat.
 
Beberapa investor mengharapkan pertemuan Federal Reserve pekan depan akan mengumumkan program untuk merangsang ekonomi dengan membeli kembali obligasi jangka panjang pemerintah AS, sambil menjual obligasi jangka pendek.
 
Sementara itu, Tiberius Asset Management AG Emas mengingatkan saat ini masuk fase akhir, fase dari sebuah bull market berlarut-larut.  Dalam surat elektroniknya kepada Bloomberg mereka mengingatkan bahwa harga emas sudah begitu overbought, dan dapat mundur sekitar US$200-US$300 per troy ounce. (ln)
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Sumber : Taufikul Basari/Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper