Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga obligasi masih volatile

JAKARTA: Harga obligasi selama sepekan ke depan masih akan cenderung bergerak mixed dengan volatilitas yang tinggi karena dipengaruhi oleh sentimen global.Kepala riset PT MNC Securities Edwin Sebayang mengatakan imbas penurunan outlook dari Morgan Stanley

JAKARTA: Harga obligasi selama sepekan ke depan masih akan cenderung bergerak mixed dengan volatilitas yang tinggi karena dipengaruhi oleh sentimen global.Kepala riset PT MNC Securities Edwin Sebayang mengatakan imbas penurunan outlook dari Morgan Stanley membuat investor ragu untuk mengambil posisi. "Harga obligasi diperkirakan bergerak flat kecuali jika data-data di pekan depan bisa menghasilkan respon positif," ujarnya kepada Bisnis hari ini.Sementara ini, SUN bertenor pendek dan menengah masih akan menjadi pilihan namun, bila pekan depan gejolak ekonomi mulai tenang maka obligasi tenor panjang akan perlahan di akumulasi. Begitu pun pada obligasi korporasi, dimungkinkan investor akan melakukan transaksi terbatas pada obligasi ber time to maturity (TTM) pendek dan menengah serta memiliki rating minimal A.Pergerakan harga obligasi di pekan kemarin, jelasnya, cenderung bergerak mixed dan cenderung berfluktuatif dimana di awal pekan sempat menguat meski dalam volume yang turun karena upaya AS yang terus berusaha meyakinkan China bahwa nilai investasinya sangat aman pasca penurunan rating utangnya.Hal ini mengingat China merupakan pemegang terbesar surat utang AS dengan kepemilikan sebesar US$1,15 triliun pada akhir April 2011. Sementara dari Eropa, investor awalnya berekspektasi pertemuan antara Presiden Prancis dan Kanselir Jerman akan menghasilkan jalan keluar untuk mengatasi krisis utang Eropa namun, nyatanya tidak mengasilkan keputusan yang signifkan karena hanya berupa dukungan terhadap langkah ECB.Sentimen negatif datang dari Jerman setelah melaporkan pertumbuhannya yang stagnan, kenaikan CPI AS dan di akhir pekan dimana Morgan Stanley memangkas estimasi pertumbuhan ekonomi tahun depan menjadi 3,8% dari sebelumnya 4,5%."Meski demikian, volume perdagangan menjelang akhir pekan justru mengalami kenaikan namun, harga obligasi justru terpangkas karena sentimen negatif tersebut," katanya.Di pekan kemarin, pada lelang SUN Pemerintah berhasil menerima penawaran sebesar Rp22,41 triliun lebih tinggi dari lelang 9 Agustus yang hanya sebesar Rp10,57 triliun. Pada obligasi Pemerintah seri FR058 menjadi teraktif di perdagangkan. Sementara pada korporasi yang teraktif antara lain, yaitu BDMN02A dan ADMF05C.Berdasarkan perhitungan indeks obligasi Pemerintah yang dilakukan oleh IBPA-Indonesian Government Bond Index tercatat indeks IBPA-IGBI Clean Price pada akhir minggu kemarin sebesar 123,84 atau naik 68,64 bps dibandingkan dengan minggu sebelumnya.Sementara bila menggunakan IBPA-IGBI Gross Price tercatat sebesar 125,97 atau naik 27,66 bps dari minggu sebelumnya. Pada indeks IBPA-IGBI Total Return juga tercatat naik sebesar 83,68 bps dari minggu lalu menjadi 149,61.Sementara pergerakan yield dari obligasi Pemerintah tercatat mengalami penurunan. Pada yield IGBI-Effective tercatat sebesar 6,87% atau turun 11,31 bps. Sementara pada yield IGBI-Gross Yield tercatat turun 10,81 bps dari minggu sebelumnya menjadi 7,36%.Kurva yield (yield curve) dari indeks obligasi Pemerintah bergerak melemah dimana rata-rata yield pada tenor jangka pendek (1-4 tahun) bergerak turun 7,71 bps, tenor jangka menengah (5-7 tahun) bergerak turun 7,15 bps, dan pada tenor jangka panjang (8-30 tahun) bergerak turun 14,50 bps. Penurunan yield terbesar pada tenor 30 yang turun 16,89 bps.Sementara penurunan yield terkecil pada tenor 1 yang turun 1,98 bps. Pergerakan yield U.S Treasury pada tenor 1 tahun, 3 tahun, dan 10 tahun cenderung mengalami pelemahan. Tenor 1 tahun di level 0,10%, turun 1 bps. Tenor 3 tahun naik 2 bps di level 0,34%. Sementara tenor 10 tahun turun 17 bps menjadi 2,07%.FR0055 (jatuh tempo pada 2016) yang ditransaksikan pada harga 105,49% pada minggu sebelumnya bergerak turun menjadi 105,28%. Sementara yield-nya mengalami kenaikan dari 6,10% menjadi 6,15%. Di sisi lain, pergerakan harga FR0054 yang jatuh tempo pada tahun 2031 mengalami kenaikan harga dari 114,5% pada minggu sebelumnya menjadi 115,25% dan yield-nya bergerak turun dari 8,03% menjadi 7,96%.Total kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) mengalami kenaikan. Dari data SBN yang dimiliki DJPU tercatat kepemilikan asing per 16 Agustus 2011 tercatat sebesar Rp242,03 triliun atau naik Rp490 milyar dari periode sebelumnya.Bila dibandingkan dengan data sebelumnya, tercatat kepemilikan asing pada SBN mengalami penurunan sebesar Rp8,08 triliun menjadi Rp241,54 triliun.Selain itu, kepemilikan SBN pada perbankan juga tercatat naik Rp150 miliar menjadi Rp218,79 triliun. Sementara, Bank Indonesia turun Rp3,18 triliun; Reksa Dana turun Rp450 miliar; Perusahaan Asuransi turun Rp410 miliar; Dana Pensiun turun Rp400 miliar; Perusahaan Sekuritas dan lainnya juga tercatat turun. (Candra Setya S./Bsi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper