Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Krisis Yunani bakal tahan penguatan rupiah

JAKARTA: Ketidakpastian global akibat situasi krisis di Yunani diperkirakan akan sedikit menahan tren penguatan rupiah pada semester II 2011.

JAKARTA: Ketidakpastian global akibat situasi krisis di Yunani diperkirakan akan sedikit menahan tren penguatan rupiah pada semester II 2011.

Hartadi A Sarwono, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), mengatakan pergerakan rupiah tetap dalam tren menguat pada paruh kedua tahun ini seiring masih tingginya potensi aliran dana asing ke pasar di dalam negeri (capital inflow).

Dia mengatakan ada faktor pendorong dari luar negeri berupa kebijakan pelonggaran kuantitatif (quantitative easing) oleh bank sentral AS the Federal Reserve.

Di sisi lain, lanjutnya, ada pula faktor penarik dari dalam negeri berupa fundamental ekonomi dan prospek Indonesia mendapatkan level investment grade. Kedua faktor tersebut menjaga aliran dana asing tetap tinggi sehingga mendorong penguatan rupiah.

Namun begitu, lanjutnya, ada faktor ketidakpastian akibat krisis keuangan Yunani yang menyebabkan investor menunggu dan melihat.

Tentang penguatan rupiah pada semester kedua, saya lebih suka mengatakan akan stabil dengan kecenderungan menguat. Tapi penguatannya tidak akan terlalu kuat seperti sebelumnya karena ada faktor ketidakpastian, katanya akhir pekan lalu.

Jika mengacu data kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah diketahui telah menguat sebanyak 379 poin sepanjang semester I/2011. Pada awal perdagangan tahun ini, kurs tengah rupiah ada di level Rp8.976 per dolar AS dan menguat 4,22% menjadi Rp8.597 per dolar AS pada 30 Juni 2011.

Pada perkembangan yang lain, seperti dikutip dari Bloomberg, menteri-menteri negara Eropa telah menyetujui pemberian bantuan talangan bagi Yunani sebesar 12 miliar euro yang akan digunakan sebagai tambahan dana demi mencegah gagal bayar.

Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Amerika dan Eropa saat ini belum memenuhi harapan dunia internasional sehingga menyebabkan aliran dana terus masuk ke Indonesia. "Ekonomi AS tetap saja belum tumbuh cukup baik. Dia memang tumbuh, tetapi lebih rendah dari perkiraan dan harapan AS sendiri. Eropa juga belum terlalu [baik], sehingga capital inflow masih masuk. Kalau capital inflow masuk, penguatan Rupiah terjadi," ujarnya. (arh)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper