Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah turun terbesar dalam sepekan

JAKARTA: Rupiah mengalami penurunan mingguan terbesarnya pada tahun ini dipicu oleh kekhawatiran memburuknya krisis utang Yunani dan sinyal perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang mengurangi ketertarikan investor terhadap aset pasar negara berkembang.Pekan

JAKARTA: Rupiah mengalami penurunan mingguan terbesarnya pada tahun ini dipicu oleh kekhawatiran memburuknya krisis utang Yunani dan sinyal perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang mengurangi ketertarikan investor terhadap aset pasar negara berkembang.Pekan ini, rupiah melemah 1,1% yang merupakan penurunan mingguan terbesar sejak akhir November 2010, menjadi Rp8.615 per dolar AS pada perdagangan petang di Jakarta. Pelemahan rupiah tersebut memimpin depresiasi sejumlah mata uang negara Asia terhadap dolar AS pada pekan ini. Selain rupiah, laju depresiasi cukup dalam juga dialami peso Filipina yang melemah 0,8% menjadi 43,667 per dolar AS, ringgit Malaysia yang melemah 0,7% menjadi 3.0430 per dolar AS, dan baht Thailand yang melemah 0,7% menjadi 30,60 per dolar AS.Indeks dolar Asia Bloomberg-JP Morgan, yang melacak 10 mata uang teraktif Asia kecuali yen, melemah 0,1% pada pekan ini.Ibrahim, senior analis PT Harvest International Futures, mengatakan pasar masih khawatir tentang krisis utang Yunani yang belum juga menunjukkan tanda-tanda penyelesaian.Parlemen sudah positif soal bailout dari Dana Moneter Internasional [IMF] dan bank sentral AS. Akan tetapi rakyat menentang karena hal itu dapat menimbulkan lebih banyak pemotongan dan pencabutan subsidi. Jika salah penanganan, bisa saja terjadi huru-hara. Pasar masih khawatir, ujarnya kepada Bisnis, petang ini.Hari ini, Perdana Menteri Yunani George Papandreou mengumumkan perubahan kabinet setelah gagal memenangkan dukungan oposisi untuk langkah-langkah penghematan. Dalam perombakan tersebut, Papandreou memecat menteri keuangan guna menangkis pemberontakan partai.Berdasarkan data Bloomberg, kepercayaan di antara para pembangun properti di AS turun ke level terendah dalam 9 bulan dan sektor manufaktur di New York secara tidak terduga menyusut pada Juni.Kemarin, bank sentral AS the Federal Reserve membeli obligasi senilai US$4,9 miliar yang jatuh tempo mulai Juli 2015November 2016, sebagai bagian dari QE tahap kedua senilai US$600 miliar yang berakhir pada bulan ini.Prakriti Sofat, ekonom pada Barclays Capital di Singapura, mengatakan saat ini banyak pihak tidak sepenuhnya yakin dengan arah tujuan perekonomian global. Hal itu, lanjutnya, terefleksi dalam volatilitas. Kekhawatiran tentang pertumbuhan global, utang Eropa, dan kebijakan moneter pelonggaran kuantitatif [quantitative easing/QE] tahap dua muncul bersama-sama dan membebani pikiran investor, ujarnya.Pada pekan ini, nilai tukar won Korea Selatan melemah 0,3% menjadi 1.085,9 per dolar AS dan dolar SIngapura melemah 0,6% menjadi S$1,2393 per dolar AS. Selain itu, dolar Taiwan melemah 0,6% menjadi NT$29 per dolar AS dan rupee melemah 0,5% menjadi 44,959 per dolar AS.(ln)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper