Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga karet diprediksi bergerak naik

JAKARTA: Harga karet diperkirakan bergerak naik, menyusul pemulihan pascagempa dan tsunami di Jepang yang akan mendorong harga komoditas itu mencapai level US$5 per kilogram pada tahun ini.

JAKARTA: Harga karet diperkirakan bergerak naik, menyusul pemulihan pascagempa dan tsunami di Jepang yang akan mendorong harga komoditas itu mencapai level US$5 per kilogram pada tahun ini.

Saat ini, karet diperdagangkan di level US$4,2US$4,3 per kilogram.Ketua Umum Dewan Karet Azis Pane mengatakan bencana gempa dan tsunami yang melanda Jepang telah memangkas permintaan terhadap karet Indonesia hingga 30%. Harga karet dunia ikut terkoreksi karena kekhawatiran permintaan berkurang, dipicu oleh belum pulihnya industri otomotif Jepang.Namun, dia memperkirakan pertumbuhan industri di negara-negara BRIC akan membuat kebutuhan karet naik dan mendorong harga karet dunia ke level US$5US$5,2 per kilogram. "Sebelum kejadian di Jepang, karet mengalami kelebihan permintaan sehingga mendorong harga ke level tertinginya pada Februari," ujarnya. Menurut Pane, permintaan tinggi akan datang dari China dan India yang akan mendorong harga ke level lebih tinggi. "Memang ada usaha penanaman karet di Amerika Latin yang potensial menjadi pesaing kita, tetapi kondisi tanah di sana tidak sebagus di Indonesia," ujarnya kepada Bisnis hari ini. Direktur Pusat Penelitian Karet Chairil Anwar menyebutkan produksi karet Indonesia masih didominasi perkebunan rakyat yang mencapai 85% dari total produksi nasional yang mencapai 2,9 juta ton per tahun, di bawah produksi Thailand yang mencapai 3 juta ton per tahun.Kendala infrastruktur membuat harga yang diterima petani karet terpotong 15% hingga 30% FOB atau harga penjualan di atas kapal."Indonesia bisa menyalip produksi Thailand jika berhasil melakukan peremajaan tanaman. Hanya saja, ada kendala pembibitan di Indonesia," ujarnya. Petani terkendala dalam peremajaan tanaman karena sulit mendapat bibit karet. "Kami coba dorong penangkar-penangkar benih sawit swasta karena memang biaya pembenihan cukup mahal. Dibutuhkan 75 juta hingga 200 juta per hektare, dengan hasil 40.000-50.000 bibit," katanya.(yes)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Errol Poluan
Editor : Mursito

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper