Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pedagang Panik, Harga Minyak Terjun Bebas

Harga minyak turun tajam di tengah kekhawatiran bahwa virus mematikan yang menyebar dari China akan mengganggu permintaan energi di pasar yang sudah dibanjiri suplai.

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak turun tajam di tengah kekhawatiran bahwa virus mematikan yang menyebar dari China akan mengganggu permintaan energi di pasar yang sudah dibanjiri suplai.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Maret 2020 anjlok US$2,30 ke level US$56,08 per barel pada Selasa (22/1/2020) pukul 4.59 sore di New York Mercantile Exchange.

Adapun harga minyak Brent untuk kontrak Maret 2020 terguling US$1,91 ke level US$62,68 per barel di ICE Futures Europe Exchange.

Kontrak berjangka minyak di New York meluncur hampir 4 persen menyusul laporan mengenai bertambahnya jumlah korban tewas akibat virus corona (coronavirus) baru asal China.

Hingga Selasa (22/1), virus yang menarik perhatian dunia internasional karena kemiripannya dengan virus Sindrom Pernapasan Akut Parah, atau SARS, ini telah membunuh  17 orang.

Sementara itu, pemerintah China memberlakukan pembatasan perjalanan di kota Wuhan, tempat virus ini bermula, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mempertimbangkan deklarasi darurat internasional.

Wabah virus corona membuat para pedagang panik karena dampak epidemi yang merusak dapat terjadi pada dunia travel dan permintaan bahan bakar transportasi. WHO dijadwalkan akan menggelar pertemuan lanjutan pada Kamis (23/1) untuk merencanakan strategi.

Di sisi lain, kemerosotan harga minyak semakin dalam setelah American Petroleum Institute (API) melaporkan lonjakan persediaan minyak mentah domestik sebesar 1,57 juta barel.

“Penurunan harga minyak adalah manifestasi dari kekhawatiran tentang permintaan minyak global,” ujar Stewart Glickman, seorang analis di CFRA Research.

Goldman Sachs memperingatkan bahwa permintaan minyak global dapat turun 260.000 barel per hari tahun ini sebagai akibat dari virus corona.

“Kita bisa melihat permintaan minyak yang lebih lemah dari China selama beberapa pekan ke depan atau bahkan lebih lama,” tutur Leo Mariani, analis energi di KeyBanc Capital Markets Inc.

“Menjelang Tahun Baru China, kita cenderung melihat perjalanan ke seluruh China dan ada kekhawatiran besar tentang kejutan permintaan,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper