Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

WTI Tembus Level US$54 Per Barel, Prospek Harga Minyak Masih Lanjut Naik

Harga minyak mentah di New York, Amerika Serikat (AS), naik menembus level US$54 per barel pada perdagangan siang ini, Senin (21/1/2019), menyusul rekor yang dibukukan pengolahan penyulingan minyak di China.
Kilang Minyak/Reuters
Kilang Minyak/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah di New York, Amerika Serikat (AS), naik menembus level US$54 per barel pada perdagangan siang ini, Senin (21/1/2019), menyusul rekor yang dibukukan pengolahan penyulingan minyak di China.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Februari 2019 menguat 0,37% atau 0,20 poin ke level US$54 per barel di New York Mercantile Exchange pukul 13.28 WIB.

Minyak WTI melanjutkan penguatannya untuk hari kedua berturut-turut, setelah berakhir melonjak 3,32% atau 1,73 poin di level US$53,80 per barel pada perdagangan Jumat (18/1).

Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Maret 2019 siang ini lanjut menguat 0,35% atau 0,22 poin ke level US$62,92 per barel di ICE Futures Europe Exchange yang berbasis di London, setelah ditutup melonjak 2,48% di level 62,70 pada perdagangan Jumat.

Menurut para pedagang, kenaikan harga terjadi setelah data yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional China (NBS) pada hari ini menunjukkan hasil penyulingan kilang minyak mentah meningkat menyentuh rekornya sebesar 603,57 juta ton pada tahun 2018 atau 12,12 juta barel per hari (bph), meningkat 6,8% dari tahun sebelumnya.

Kuatnya angka permintaan minyak tersebut muncul meskipun ekonomi China pada 2018 China tumbuh 6,6%, laju ekspansi paling lambat sejak 1990.

Meski perlambatan itu sejalan dengan ekspektasi dan tidak setajam seperti yang diperkirakan sejumlah analis, perlambatan negara berkekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia itu tetap membayangi pertumbuhan global.

“Prospek global tetap suram, meskipun muncul sikap dovish dari The Fed, pelonggaran di China (stabilisasi pertumbuhan kredit China), dan gencatan senjata AS-China yang berkelanjutan,” terang J.P. Morgan dalam risetnya, seperti dilansir dari Reuters.

Meski demikian, para analis mengatakan langkah pemangkasan suplai yang dipimpin oleh OPEC kemungkinan akan mendukung harga minyak mentah lebih lanjut.

“Minyak Brent bisa tetap di atas level US$60 per barel ditopang kepatuhan OPEC+, berakhirnya keringanan [sanksi untuk] Iran, dan pertumbuhan produksi minyak yang lebih lambat di AS,” lanjut J.P. Morgan.

J.P. Morgan merekomendasikan investor untuk bertahan pada minyak mentah, merujuk pada pembelian kontrak berjangka dengan harapan bahwa harga akan naik.

Senada, para peneliti di Bernstein Energy mengatakan langkah pengurangan pasokan oleh OPEC akan ‘memindahkan’ pasar kembali ke kondisi defisit pasokan untuk sebagian besar pada tahun 2019. Ini akan menyebabkan harga minyak naik menjadi level US$70 per barel sebelum akhir tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper