Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Terkonsolidasi, Rupiah Ditutup Melemah

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah0,5% atau 73 pion ke level Rp14.553 per dolar AS .
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terus tertekan hingga akhir perdagangan hari ini, Senin (10/12/2018), seiring dengan penguatan dolar Amerika Serikat.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah0,5% atau 73 pion ke level Rp14.553 per dolar AS .

Nilai tukar rupiah mulai tergelincir dibuka terdepresiasi 0,12% atau 18 poin di level Rp14.498 per dolar AS, setelah pada perdagangan Jumat (7/12) mampu rebound dan berakhir terapresiasi 0,28% atau 40 poin di level Rp14.480 per dolar AS.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp14.498-Rp14.553 per dolar AS.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Nanang Hendarsah mengatakan bank sentral melakukan intervensi pada pasar spot mata uang untuk mentabilkan nilai tukar.

“BI juga bergerak aktif di pasar surat utang, selain itu BI Juga memastikan adanya cukup likuiditas di pasar keuangan antarbank,” ungkap Nanang, seperti dikutip Bloomberg, Senin (10/12/2018).

Sementara itu, indeks dolar AS yang melacak kekuatan greenback terhadap sejumlah mata uang utama terpantau menguat 0,13% atau 0,125 poin ke level 96,639 pada pukul 17.28 WIB.

Pergerakan indeks dolar AS sebelumnya dibuka dengan penguatan 0,201 poin atau 0,21% di level 96,715, setelah pada perdagangan Jumat (7/12) berakhir melemah 0,31% atau 0,296 poin di posisi 96,514. 

Dilansir Reuters, dolar AS terkonsolidasi setelah membukukan penurunan mingguan terbesar dalam lebih dari tiga bulan pekan lalu karena data ekonomi AS yang lemah memangkas ekspektasi kenaikan suku bunga.

Perbedaan suku bunga yang melebar antara Amerika Serikat dan negara-negara lain di dunia, didorong oleh Federal Reserve AS yang percaya diri, telah memicu reli dolar yang tidak mungkin terjadi tahun ini. Namun data yang lemah dalam beberapa pekan terakhir telah menyelimuti prospek mata uang untuk tahun depan.

Data non-farm payroll AS meningkat sebanyak 155.000 bulan lalu, di bawah perkiraan median sebesar 200.000, dan kenaikan upah lebih lemah dari yang diperkirakan, meskipun kenaikan tahunan tetap mendekati level tertinggi dalam hampir satu dekade terakhir.

Terlepas dari data yang lemah, sejumlah pejabat The Fed telah menyuarakan nada hati-hati tentang prospek ekonomi, yang mungkin menandai titik balik dalam kebijakan moneter dan penurunan ekspektasi kenaikan suku bunga AS.

"Ekspekteasi pada suku bunga acuan menurun dan ini adalah hambatan besar bagi dolar, meskipun ada banyak risiko peristiwa di luar sana minggu ini yang akan memberikan banyak spekulasi," kata Ulrich Leuchtmann, analis valas di Commerzbank.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper