Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Pekerjaan Rumah BEI untuk Tingkatkan Jumlah Emiten Baru

Meski jumlah perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) sepanjang tahun ini cukup banyak, tetapi Bursa Efek Indonesia dinilai masih memiliki pekerjaan rumah untuk bisa lebih banyak menarik perusahaan besar melantai di bursa.
Seorang pria melintasi layar elektronik pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (19/10/2018)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay
Seorang pria melintasi layar elektronik pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (19/10/2018)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA — Meski jumlah perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) sepanjang tahun ini cukup banyak, tetapi Bursa Efek Indonesia dinilai masih memiliki pekerjaan rumah untuk bisa lebih banyak menarik perusahaan besar melantai di bursa.

Sejak awal tahun ini, sudah ada 54 perusahaan baru yang tercatat sebagai perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia (BEI). BEI bahkan mencatat masih ada sembilan emiten lagi yang akan menyusul di sisa tahun ini.

Dengan demikian, tahun ini akan menjadi tahun dengan rekor baru jumlah emiten baru terbanyak sepanjang sejarah pasar modal Indonesia, yakni 64 emiten baru.

Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy mengatakan prestasi ini tentu tidak terlepas dari upaya proaktif pemerintah dan BEI untuk mendorong korporasi mengakses pasar modal. Selain itu, berkembang pula tren di kalangan perusahaan untuk berlomba menjadi perusahaan terbuka guna meningkatkan Good Corporate Governance (GCG), citra perusahaan, kepercayaan diri pegawai, dan popularitas.

Namun, sebagian besar emiten baru tahun ini adalah emiten dengan kapitalisasi pasar yang kecil dengan nilai penggalangan dana kurang dari Rp500 miliar.

“Oke lah jumlahnya banyak, tetapi dari sisi market cap harus lebih digenjot lagi. Korporasi yang big cap harus banyak juga yang listed agar bursa bisa menaikan market cap secara signifikan,” paparnya, Senin (10/12/2018).

Budi pun menyayangkan proses penawaran umum pada korporasi BUMN yang sangat berbelit-belit sehingga semakin jarang BUMN yang melakukan IPO beberapa tahun terakhir.

Masih banyak pula korporasi besar yang enggan menjadi perusahaan terbuka karena menilai kewajiban-kewajiban yang harus mereka lakukan sebagai perusahaan publik tidak sepadan dengan manfaat yang mereka dapatkan.

Senior Analyst CSA Research Institute Reza Priyambada menilai tingginya aktivitas IPO tahun ini boleh jadi disebabkan perhitungan para emiten untuk mengantisipasi kebutuhan investasi pada tahun depan. Pada 2019, emiten kemungkinan akan kesulitan mencari dana murah di tengah potensi pengetatan ekonomi global dan tantangan Tahun Politik.

Selain itu, emiten juga mengamati pertumbuhan investor yang signifikan di pasar modal dalam negeri yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan modal yang mereka butuhkan dengan lebih mudah.

Di sisi lain, investor kini memiliki antusiasme yang besar terhadap saham-saham IPO, terbukti dari seringnya terjadi oversubscribe selama penawaran umum saham calon emiten. Hal ini disebabkan oleh tingginya tingkat pertumbuhan harga saham-saham IPO di tengah tren konsolidasi yang terjadi di pasar modal dalam negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Annisa Margrit

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper