Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hubungan AS-China Bebani Aset Berisiko, IHSG Sesi I Melemah

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Senin (10/12/2018).
Seorang pria melintasi layar elektronik pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (19/10/2018)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay
Seorang pria melintasi layar elektronik pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (19/10/2018)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Senin (10/12/2018).

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG melemah 0,48% atau 29,41 poin ke level 6.096,95 pada akhir sesi I, setelah mulai tergelincir ke zona merah dengan dibuka terkoreksi 0,38% atau 23,26 poin di level 6.103,09.

Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 6.096,07 – 6.121,78. Adapun pada perdagangan Jumat (7/12), IHSG mampu rebound dan berakhir naik 0,18% atau 10,86 poin di posisi 6.126,36.

Tujuh dari sembilan sektor bergerak di zona merah, dipimpin sektor aneka industri (-1,39%) dan industri dasar (-0,98%). Adapun sektor pertanian dan tambang menetap di wilayah positif dengan kenaikan masing-masing sebesar 0,50% dan 0,01%.

Sebanyak 132 saham menguat, 237 saham melemah, dan 249 saham stagnan dari 618 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia siang ini.

Saham PT Astra International Tbk. (ASII) dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) yang masing-masing turun 1,52% dan 4,29% menjadi penekan utama terhadap pelemahan IHSG pada akhir sesi I.

Indeks saham lainnya di kawasan Asia juga melemah siang ini, di antaranya indeks FTSE Straits Times Singapura (-1,37%), indeks FTSE Malay KLCI (-0,93%), dan indeks PSEi Filipina (-0,81%).

Indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang bahkan masing-masing merosot 1,87% dan 2,20%, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan melemah 1,39%. Di China, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 masing-masing melemah 0,94% dan 1,30% pada pukul 12.12 WIB.

Dilansir dari Bloomberg, bursa saham dan mata uang di Asia melemah di tengah pesimisme bahwa Amerika Serikat (AS) dan China akan mencapai kesepakatan perdagangan. Data yang dirilis selama akhir pekan menunjukkan sejauh mana konflik perdagangan tersebut telah membebani perekonomian China.

Data perdagangan dan inflasi yang dirilis oleh China mengisyaratkan pelemahan lebih lanjut dalam hal permintaan domestik dan internasional pada November.

Sementara itu, China memanggil duta besar AS ke China sebagai protes atas penangkapan CFO Huawei. Meng Wanzhou, yang juga adalah putri dari pendiri perusahaan teknologi ternama asal China tersebut ditangkap pada 1 Desember dan akan menghadapi ekstradisi ke Amerika Serikat (AS) lantaran dinilai melakukan pelanggaran atas sanksi AS.

“Pasar mata uang Asia masih dipengaruhi sentimen pemberitaan Huawei,” kata Stephen Innes, kepala perdagangan untuk Asia Pacifik di Oanda Corp dalam risetnya.

“Ketidakpastian tentang hubungan AS-China, ditambah dengan kekhawatiran tentang kesehatan ekonomi AS, membebani aset-aset berisiko.”

Sejalan dengan IHSG, nilai tukar rupiah terpantau lanjut melemah 59 poin atau 0,41% ke level Rp14.539 per dolar AS pada pukul 12.27 WIB, setelah dibuka terdepresiasi 18 poin atau 0,12% di posisi 14.498 per dolar AS.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp14.498-Rp14.542 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper