Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

2 Emiten Pelayaran Ini Berburu Kapal Induk  

Dua emiten pelayaran nasional, PT Samudera Pelita Shipping Tbk. dan PT Transcoal Pacific Tbk. siap berinvestasi kapal induk pada 2019.
Karyawan melintas di bawah layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (13/9/2018)./ANTARA-Sigid Kurniawan
Karyawan melintas di bawah layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (13/9/2018)./ANTARA-Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA — Dua emiten pelayaran nasional, PT Samudera Pelita Shipping Tbk. (PSSI) dan PT Transcoal Pacific Tbk. (TCPI) siap berinvestasi kapal induk pada 2019.

Head of Investor Relations Samudera Pelita Shipping Adi Hartadi menyampaikan perseroan telah melakukan pembelian 1 unit kapal berukuran besar atau Mother Vessel (MV) yang transaksinya diharapkan dapat selesai pada pertengahan bulan ini.

“Kami harapkan [transaksi pembelian] bisa segera rampung sehingga delivery-nya paling lambat pada Januari 2019. Salah satu pelanggan kami adalah PT PLN Batu Bara di mana kami mengangkut batu bara ke pembangkit listrik yang ada di Cilacap,” katanya, Rabu (5/12/2018).

Perseroan mengincar pembelian MV kelas Handymax dengan kisaran kebutuhan investasi US$9 juta—US$10 juta dengan pendanaan berasal dari kombinasi kas internal sekaligus pinjaman eksternal.

Jika iklim bisnis pada tahun depan kondusif, perseroan membuka peluang penambahan 1—2 unit kapal induk. Adapun, pada 2019 perseroan mengalokasikan capex US$40 juta di mana sekitar 60%-nya dianggarkan untuk pembelian MV.

Bisnis mencatat, pengangkutan dengan kapal besar tersebut merupakan lini bisnis baru bagi emiten dengan sandi PSSI tersebut. Beroperasi sejak Maret 2018 hingga kuartal III/2018, bisnis MV perseroan telah mengangkut hingga 110.400 ton batu bara.

Kontribusi bisnis MV pada pendapatan perseroan pun masih cukup kecil yaitu 3,9% hingga September 2018, jika dibandingkan dengan bisnis kapal tunda dan tongkang yang berkontribusi hingga 54%, dan fasilitas muatan apung (FLF) yang mencapai 42,1%.

Sementara itu, emiten logistik batu bara yang baru listing pada awal Juli 2018 yaitu Transcoal Pacific menyebut akan melakukan pembelian 1 unit MV ukuran Panamax pada tahun depan, sekaligus beberapa armada kapal tunda dan tongkang.

“Namun untuk capex pada 2019 sedang kami finalisasi,” ungkap Direktur Utama Transcoal Pacific, Dirc Richard.

Awal pekan ini, emiten dengan sandi TCPI tersebut melaporkan baru saja merampungkan transaksi pembelian 1 unit MV kelas Supramax yaitu MV Aquarius Ocean yang transaksinya telah rampung akhir November 2018.

Pembelian armada tersebut dilakukan oleh entitas anak terkendali perseroan yaitu PT Sentra Makmur Lines. Perseroan membeli armada berbendera Singapura itu senilai US$13 juta, dengan menggunakan dana yang bersumber dari kas internal dan pinjaman perbankan.

Armada tersebut diharapkan dapat memperkuat aktivitas bisnis perseroan di masa yang akan datang.

Meski sedang pada tren pelemahan, pelaku usaha pertambangan batu bara optimistis harga batu bara pada tahun depan dapat stabil di level US$90 per ton sehingga proyek-proyek terkait emas hitam akan tetap menjanjikan.

Sebagai catatan, bisnis emas hitam sempat lesu beberapa tahun lalu, dengan harga batu bara sempat menyentuh titik rendah di kisaran US$60 per ton. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dara Aziliya
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper