Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Naik Tipis di Tengah Sentimen Perang Dagang & Suku Bunga The Fed

Indeks dolar Amerika Serikat (AS) memperpanjang penguatannya pada perdagangan siang ini, Selasa (27/11/2018), saat berlanjutnya kekhawatiran mengenai perang dagang China-AS memberi dukungan terhadap mata uang safe haven.
Karyawan memperlihatkan mata uang dolar AS di salah satu bank di Jakarta./JIIBI-Abdullah Azzam
Karyawan memperlihatkan mata uang dolar AS di salah satu bank di Jakarta./JIIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks dolar Amerika Serikat (AS) memperpanjang penguatannya pada perdagangan siang ini, Selasa (27/11/2018), saat berlanjutnya kekhawatiran mengenai perang dagang China-AS memberi dukungan terhadap mata uang safe haven.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS, yang melacak pergerakan greenback terhadap sejumlah mata uang utama di dunia menguat 0,03% atau 0,030 poin ke level 97,104 pada pukul 14.41 WIB.

Indeks dolar sempat tergelincir ke zona merah saat dibuka turun 0,045 poin atau 0,05% di level 97,029, setelah pada perdagangan Senin (26/11) berakhir menguat 0,16% atau 0,158 poin di posisi 97,074.

Dilansir dari Reuters, sentimen terhadap aset berisiko global terbebani komentar dari Presiden Donald Trump pada Senin (26/11) yang tampaknya menyurutkan harapan gencatan perdagangan dengan China.

Dalam sebuah wawancara dengan Wall Street Journal, Trump mengatakan perkiraan untuk bergerak maju dengan menaikkan tarif pada barang impor China senilai US$200 miliar menjadi 25% dari 10%.

Dolar AS telah menguat selama dua sesi perdagangan sebelumnya saat investor mencari sifat safe haven pada mata uang ini di tengah kekhawatiran atas berkurangnya tenaga pemulihan ekonomi global.

“Secara struktural, pergerakan terbaru terhadap ketahanan dolar pada titik ini berasal dari keresahan pasar alih-alih sikap hawkish The Fed,” kata Emmanuel Ng, pakar strategi mata uang di OCBC Bank dalam risetnya, seperti dikutip Reuters.

Pedagang juga fokus pada pidato pekan ini oleh Gubernur Fed Jerome Powell dan risalah rapat pertemuan bank sentral AS tersebut pada 7-8 November yang akan dirilis pada Kamis (29/11), demi mendapatkan petunjuk lebih lanjut tentang berapa kali lagi The Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunga .

“Pasar sangat tertarik pada apa yang Powell katakan karena telah ada penyesuaian tajam dalam ekspektasi kenaikan Fed,” kata Nick Twidale, chief operating officer Rakuten Securities.

“Kami melihat pengakuan melambatnya pertumbuhan global sebagai hal negatif untuk dolar AS.”

The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember tetapi perdebatan utama di pasar saat ini adalah laju pengetatan moneter oleh The Fed pada 2019.

Dolar AS, lanjut Twidale, bisa mendapat dukungan dari aksi beli untuk mata uang safe haven jika tidak ada berita positif dari KTT G20 mendatang di Buenos Aires pada 30 November, di mana Trump dan Presiden China Xi Jinping diantisipasi akan membahas isu-isu perdagangan yang kontroversial.

Namun, investor juga melihat reli dolar berpotensi melemah jika pertumbuhan yang melambat mendorong The Fed untuk menghentikan siklus pengetatan moneter lebih cepat dari yang diperkirakan.

Posisi indeks dolar AS                                                                        

27/11/2018

(Pk. 14.41 WIB)

97,104

(+0,03%)

26/11/2018

97,074

(+0,16%)

23/11/2018

96,916

(+0,21%)

22/11/2018

96,712

(0%)

21/11/2018

96,712

(-0,13%)

Sumber: Bloomberg

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper