Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mata Uang Safe Haven Laris, Dolar AS Menguat

Indeks dolar Amerika Serikat (AS) memperpanjang penguatannya pada perdagangan siang ini, Senin (26/11/2018), ditopang daya tarik dolar sebagai mata uang safe haven di tengah kekhawatiran atas perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan tensi perdagangan AS-China.
Petugas kasir menghitung mata uang dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang, di Jakarta, Selasa (2/10/2018)./ANTARA-Indrianto Eko Suwarso
Petugas kasir menghitung mata uang dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang, di Jakarta, Selasa (2/10/2018)./ANTARA-Indrianto Eko Suwarso

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks dolar Amerika Serikat (AS) memperpanjang penguatannya pada perdagangan siang ini, Senin (26/11/2018), ditopang daya tarik dolar sebagai mata uang safe haven di tengah kekhawatiran atas perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan tensi perdagangan AS-China.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS, yang melacak pergerakan greenback terhadap sejumlah mata uang utama di dunia menguat 0,04% atau 0,043 poin ke level 96,959 pada pukul 11.36 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka dengan kenaikan tipis 0,014 poin atau 0,01% di level 96,930, setelah pada perdagangan Jumat (23/11) berakhir menanjak 0,21% atau 0,204 poin di posisi 96,916.

Dolar AS, yang dianggap sebagai mata uang safe haven, menguat karena kapitulasi harga minyak pekan lalu meningkatkan kekhawatiran investor bahwa pemulihan ekonomi global sedang kehilangan tenaganya.

Seperti diketahui, harga minyak WTI pengiriman Januari 2019 berakhir anjlok 7,71% atau 4,21 poin di level US$50,42 per barel pada perdagangan Jumat (23/11), sedangkan harga minyak Brent pengiriman Januari 2019 ditutup anjlok 6,07% atau 3,80 poin di posisi 58,80.

Sementara itu, investor saat ini juga menantikan pertemuan G20 di Buenos Aires, Argentina, pada 30 November, di mana Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping direncanakan akan membahas isu perdagangan antara kedua negara.

Investor menantikan petunjuk apakah akan tercapai kesepakatan dari pertemuan Trump dan Xi Jinping tersebut. Di luar perjanjian itu, pemerintah AS mempertimbangkan untuk menaikkan tarifnya sebesar menjadi 25% pada impor China senilai US$200 miliar pada awal tahun depan. 

Trump juga mengancam akan memberlakukan tarif terhadap seluruh barang impor China apabila pemerintah China gagal memenuhi tuntutan perdagangan AS.

Analis OCBC mengatakan pasar memantau apakah China dapat meyakinkan pemerintah AS untuk menunda kenaikan tarif menjadi 25% dari waktu yang direncanakan pada Januari, sehingga dapat memungkinkan ruang untuk negosiasi. Penundaan semacam ini dapat mendukung sentimen pasar.

“Jika ada semacam gencatan senjata yang keluar dari kesepakatan ini, kita akan melihat pelarian dari dolar AS yang bersifat safe haven,” kata Rodrigo Catril, pakar strategi mata uang senior di National Australia Bank, seprti dikutip Reuters.

Posisi indeks dolar AS                                                                        

26/11/2018

(Pk. 11.36 WIB)

96,959

(+0,04%)

23/11/2018

96,916

(+0,21%)

22/11/2018

96,712

(0%)

21/11/2018

96,712

(-0,13%)

Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper