Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Tukar Rupiah Masih Bisa Cemerlang

Rupiah diprediksi  masih berpotensi melanjutkan penguatan di tengah eskalasi perang dagang yang kembali memanas.
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA — Rupiah diprediksi  masih berpotensi melanjutkan penguatan di tengah eskalasi perang dagang yang kembali memanas.

Pada penutupan perdagangan Jumat (23/11), rupiah menguat 36 poin atau 0,25% menjadi Rp14.544 per dolar AS dan membukukan pelemahan 6,5% di hadapan dolar AS secara year-to-date (ytd).

Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan bahwa rupiah masih berpotensi menguat di tengah perang dagang AS dan China yang memanas karena ada perkembangan positif dari Brexit yang menekan dolar AS.

"Perkembangan dari kawasan Eropa khususnya Inggris yang mendapat terobosan positif dari perundingan Brexit sempat mengalihkan fokus pelaku pasar kepada aset beresiko dan menekan dolar AS," ungkap Deddy, dilansir Bisnis dalam riset harian, Jumat (23/11).

Kondisi tersebut dinilai Deddy dapat bertahan hingga akhir pekan depan sehingga dapat dimanfaatkan oleh rupiah untuk menguat.

Sementara itu, dari domestik, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) menjadi 6%, peluncuran kebijakan ekspor sumber daya alam (SDA), dan relaksasi DNI (Daftar Negatif Investasi), serta pengelolaan pasar mata uang di bawah aturan domestic non-deliverable forward (DNDF) berhasil meningkatkan kepercayaan pelaku pasar terhadap Rupiah. 

Kenaikan suku bunga acuan tersebut dinilai sebagai salah satu upaya BI menghindari dampak-dampak dari faktor eksternal seperti kenaikan suku bunga AS selanjutnya dan perkembangan perang dagang.

"Harga minyak mentah yang anjlok juga menjadi dorongan penguatan rupiah karena pelaku pasar berharap ada penurunan defisit transaksi berjalan Indonesia yang didominasi oleh defisit belanja minyak," lanjut Deddy.

Deddy memproyeksikan untuk jangka menengah, rupiah terbuka untuk diperdagangkan di kisaran antara Rp14.600 - Rp14.900 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper