Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minyak Mentah Menuju Pelemahan Beruntun 7 Pekan, Batu Bara Menguat

Minyak mentah West Texas Intermediate untuk kontrak Januari 2019 melemah 2,34% atau 1,28 poin ke level US$53,35 per barel di New York Mercantile Exchange pada pukul 10.47 WIB.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah menuju ke pelemahan pekan ketujuh berturut-turut setelah Arab Saudi mengisyaratkan output telah mencapai rekor tertinggi, sementara stok minyak mentah Amerika Serikat yang terus meningkat memicu kekhawatiran atas potensi kelebihan pasokan.

Minyak mentah West Texas Intermediate untuk kontrak Januari 2019 melemah 2,34% atau 1,28 poin ke level US$53,35 per barel di New York Mercantile Exchange pada pukul 10.47 WIB.

Meskipun perdagangan hari Kamis terpengaruh oleh libur Thanksgiving di AS, kontrak minyak berada di jalur penurunan mingguan beruntun terpanjang sejak Agustus.

Sementara itu, minyak patokan global, Brent, untuk kontrak pengiriman Januari 2019 melemah 0,88% atau 0,55 poin ke level US$62,05 per barel di ICE Futures Europe yang berbasis di London.

Sejak awal pekan, WTI telah melemah 5,77% dari level US$56,68 pada pekan lalu, sedangkan Brent telah melemah 6,98% dari level US$66,76 pada penutupan Jumat (16/11).

Dilansir Bloomberg, Menteri Energi Arab Saudi Khalid Al-Falih mengatakan negaranya memproduksi lebih dari 10,7 juta barel per hari, memberikan indikasi terkuat bahwa kerajaan telah meningkatkan produksi ke rekor tertingginya.

Sementara itu, persediaan minyak mentah AS naik untuk minggu kesembilan, kenaikan terpanjang sejak Maret 2017.

Minyak mentah telah jatuh ke tren bearish bulan ini setelah keringangan sanksi sementara oleh AS yang memungkinkan beberapa negara untuk terus mengimpor minyak Iran meningkatkan prospek peningkatan pasokan global.

Volatilitas minyak telah meningkat pekan ini ke level tertinggi sejak 2016 karena investor menghindari aset berisiko termasuk komoditas di tengah ketegangan perdagsngan antara AS dengan China, sementara Presiden Donald Trump terus menuntut harga lebih rendah.

"Harga telah merosot karena Trump terus menuntut agar harga turun untuk menekan OPEC dan Arab Saudi agar menciptakan lingkungan harga murah, ditambah dengan peningkatan cadangan di AS," kata Hong Sungki, pedagang komoditas di NH Investment & Securities Co, seperti dikutip Bloomberg.

Sementara itu, harga batu bara menguat pada perdagangan kemarin, Kamis (22/11). Batu bara di bursa ICE Newcastle untuk kontrak Februari 2019 ditutup menguat 0,05% atau 0,05 poin ke level US$97,80 per metrik ton.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper