Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Rebound, Volatilitas Diperkirakan Tetap Tinggi

Harga minyak mentah berhasil rebound pada perdagangan Rabu (21/11/2018) saat penurunan persediaan produk minyak olahan melebihi kenaikan dalam stok minyak mentah.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah berhasil rebound pada perdagangan Rabu (21/11/2018) saat penurunan persediaan produk minyak olahan melebihi kenaikan dalam stok minyak mentah.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Januari 2019 ditutup menanjak 2,2% atau US$1,20 di level US$54,63 per barel di New York Mercantile Exchange, setelah anjlok 6,59% pada Selasa (20/11).

Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Januari 2019 berakhir naik 1,5% di level US$63,48 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London, setelah ikut anjlok lebih dari 6% pada Selasa.

Dilansir dari Bloomberg, badan informasi energi Energy Information Administration (EIA) AS melaporkan kenaikan persediaan minyak mentah domestik sebesar 4,85 juta barel pekan lalu.

Meski demikian, angka tersebut hanya sekitar separuh lonjakan yang dibukukan pekan sebelumnya. Sementara itu, persediaan bensin dan minyak distilat turun, sehingga menunjukkan bahwa permintaan untuk minyak tetap sehat.

“Secara keseluruhan, total persediaan turun,” kata Craig Bethune, seorang manajer portofolio senior di Manulife Asset Management di Toronto. “Pasar telah mengalami kondisi yang cukup sulit dan hasil ini lebih baik daripada skenario terburuk yang diperkirakan orang-orang.”

Pada Selasa (20/11), harga minyak mentah di London dan New York jatuh bersama dengan ekuitas di tengah kekhawatiran tentang kemampuan OPEC untuk mengatur lebih banyak pemangkasan. Kendati membukukan rebound pada Rabu, harga minyak telah turun lebih dari 25% sejak Oktober.

Penurunan ini mendorong analis Goldman Sachs Group Inc. untuk memperingatkan bahwa aksi jual telah melampaui fundamental saat ini dan ke depannya.

“Kami terus memperkirakan volatilitas harga yang tinggi sampai terlihat bahwa fundamental pasar minyak membaik, membutuhkan penurunan produksi OPEC dan tanda-tanda pertumbuhan permintaan yang tangguh,” paparnya dalam riset.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan mengadakan pertemuan dengan produsen utama lainnya di Wina bulan depan. Arab Saudi telah mengusulkan pemangkasan produksi setidaknya satu juta barel per hari demi menstabilkan harga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper