Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak WTI Terjerembab ke Level US$53 Per Barel

Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) terjerembab ke bawah level US$54 per barel untuk pertama kalinya dalam setahun di tengah kekhawatiran bahwa rencana OPEC untuk memangkas produksi tidak akan cukup untuk membendung lonjakan stok minyak.

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) terjerembab ke bawah level US$54 per barel untuk pertama kalinya dalam setahun.

Merosotnya harga terjadi di tengah kekhawatiran bahwa rencana OPEC untuk memangkas produksi tidak akan cukup untuk membendung lonjakan stok minyak.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Januasi 2019 mengakhiri sesi perdagangan Selasa (20/11/2018) dengan anjlok 6,59% atau 3,77 poin di level US$53,43 per barel di New York Mercantile Exchange, setelah berakhir menguat hampir 1% di level 57,20 pada perdagangan Senin (19/11).

Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Januari 2019 ditutup anjlok 6,38% atau 4,26 poin di level US$62,53 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London pada Selasa, setelah berakhir di posisi 66,79 pada Senin. 

Laporan pemerintah AS yang akan dirilis Rabu (21/11) waktu setempat mungkin menunjukkan peningkatan persediaan minyak mentah AS untuk pekan kesembilan berturut-turut, menurut survei analis Bloomberg.

Aksi jual dalam ekuitas global menambah tekanan pada minyak yang telah terbebani kekhawatiran tentang berkurangnya permintaan. Indeks Energi pada S&P 500 tergelincir 3,5%, dengan seluruh anggota mengalami penurunan. Saham Devon Energy Corp dan Newfield Exploration Co. mencatat penurunan terburuk, masing-masing sebesar lebih dari 7%.

“Saya rasa Anda akan melihat jenis pasar yang menghindari risiko,” ujar Tariq Zahir, pengelola dana komoditas di Tyche Capital Advisors LLC, seperti dilansir dari Bloomberg.

“Tidak akan mengejutkan untuk melihat level terendah baru pada minyak jika persediaan minyak AS melonjak.”

Pada Senin (19/11), Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan bahwa Rusia dan sekutu-sekutunya di OPEC perlu mengawasi pasar minyak dalam beberapa pekan mendatang sebelum membuat keputusan untuk mengurangi output.

Sikap pendekatan wait and see ini kontras dengan seruan untuk memangkas suplai oleh Arab Saudi sebelumnya, hanya beberapa pekan sebelum OPEC menggelar pertemuan di Wina.

Baik harga minyak mentah di New York dan London telah tertekan kekhawatiran atas kelebihan pasokan setelah pemerintah AS memberikan keringanan kepada sejumlah pembeli minyak Iran terlepas dari sanksi yang diberlakukan pada Iran.

“Sentimen dalam pasar minyak adalah volatilitas,” tutur Direktur Eksekutif International Energy Agency (IEA) Fatih Birol dalam sebuah konferensi di Oslo.

"Dan dengan meningkatnya tekanan geopolitik di pasar minyak yang kami lihat, kami percaya bahwa kita sedang memasuki periode ketidakpastian yang belum pernah terjadi sebelumnya.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper