Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Tergelincir setelah Lima Hari Unjuk Gigi

Nilai tukar rupiah berakhir terdepresiasi terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Rabu (21/11/2018), tergelincir dari apresiasi yang mampu dibukukan lima hari berturut-turut sebelumnya.
Pelanggan keluar dari gerai penukaran uang asing di Jakarta./JIBI-Dwi Prasetya
Pelanggan keluar dari gerai penukaran uang asing di Jakarta./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah berakhir terdepresiasi terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Rabu (21/11/2018), tergelincir dari apresiasi yang mampu dibukukan lima hari berturut-turut sebelumnya.  

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot berakhir terdepresiasi 15 poin atau 0,10% di level Rp14.603 per dolar AS, setelah ditutup terapresiasi 24 poin atau 0,16% di Rp14.588 per dolar AS pada perdagangan Senin (19/11).

Padahal, rupiah  terpantau sempat berbalik menguat ke kisaran level Rp14.570 setelah mulai tergelincir dengan dibuka terdepresiasi 47 poin atau 0,32% di level Rp14.635 per dolar AS pagi tadi.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak fluktuatif di level Rp14.575 – Rp14.645 per dolar AS.

Dilansir dari Bloomberg, rupiah melemah untuk pertama kalinya dalam enam hari perdagangan terakhir saat aksi jual pada saham global membebani mata uang pasar negara berkembang (emerging market).

“Sumber utama tekanan di pasar negara berkembang akan tetap terlihat tahun depan,” jelas Fitch Ratings dalam sebuah laporan, seperti dikutip Bloomberg.

Dampak dari kebijakan moneter AS yang lebih ketat, penguatan dolar AS, berikut risiko terhadap perdagangan dan pertumbuhan global dikatakan akan terus dirasakan pada 2019.

Sejumlah mata uang di Asia terpantau ikut melemah, dipimpin won Korea Selatan dan yen Jepang yang masing-masing terdepresiasi 0,47% dan 0,29% pada pukul 18.05 WIB. Namun beberapa lainnya mampu menguat, dipimpin peso Filipina yang terapresiasi 0,27%.

Guncangan terhadap pasar saham global pekan ini utamanya berasal dari AS, di mana kekhawatiran atas sejumlah raksasa teknologi yang telah memimpin reli selama satu dasawarsa menekan indeks Nasdaq melorot ke level terendahnya dalam tujuh bulan pada Selasa (20/11).

Stephen Innes, kepala perdagangan Asia Pasifik di Oanda mengatakan bahwa meskipun pelemahan bursa Wall Street AS selama dua hari berturut-turut menyeret pasar saham global, sejauh ini tidak banyak tanda yang menunjukkan efeknya akan berlangsung lama.

“Sentimen risiko telah stabil setidaknya untuk saat ini,” ujar Innes, seperti dikutip Reuters.

“Investor lokal melihat kemerosotan pasar semalam sebagai koreksi ekuitas AS yang lebih luas akibat indikasi peringatan dini dari Dewan Gubernur Federal Reserve, yang mempertimbangkan bahwa ekonomi AS dapat bersusah payah pada 2019.”

Di sisi lain, indeks dolar AS yang melacak kekuatan greenback terhadap sejumlah mata uang utama terpantau melandai 0,015 poin atau 0,02% ke level 96,821 pada pukul 17.56 WIB.

Indeks dolar dibuka turun tipis 0,011 poin atau 0,01% di level 96,825 pagi tadi, setelah pada perdagangan Selasa (20/11) berakhir menguat 0,643 poin atau 0,67% di posisi 96,836.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper