Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MNC Sekuritas: Faktor Eksternal Akan Dominasi Sentimen Pasar SUN

MNC Sekuritas menyarankan pelaku pasar surat utang, untuk tetap mencermati pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. 

Bisnis.com, JAKARTA--MNC Sekuritas menyarankan pelaku pasar surat utang, untuk tetap mencermati pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. 

"Dengan minimnya data domestik yang akan disampaikan pada pekan ini hingga akhir bulan November 2018, faktor eksternal akan lebih mempengaruhi pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder," kata I Made Adi Saputra, Kepala Divisi Riset Fixed Income MNC Sekuritas, dalam riset harian, Senin (19/11/2018).

Dari dalam negeri, agenda yang dinantikan adalah pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang negara pada hari Rabu, 21 November 2018, di mana jelang pelaksanaan lelang, harga Surat Utang negara di pasar sekunder bergerak terbatas dengan kecenderungan mengalami koreksi. 

Adapun faktor eksternal yang perlu dicermati adalah notulen dari Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Eropa yang akan disampaikan pada hari Kamis waktu setempat, di mana fokus perhatian investor kebijakan yang akan diambil oleh bank sentral tersebut di masa mendatang.

Review Perdagangan Jumat Pekan Lalu

Pada perdagangan di akhir pekan, 16 November 2018, harga Surat Utang Negara melanjutkan tren kenaikan harga seiring dengan terus berlanjutnya penguatan mata uang rupiah terhadap dollar Amerika. 

Kenaikan harga terjadi pada keseluruhan seri Surat Utang Negara dengan perubahan harga mencapai 70 bps di mana kenaikan harga yang cukup besar terjadi pada Surat Utang Negara dengan tenor di atas 5 tahun. 

Kenaikan harga tersebut mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil yang berkisar antara 2 bps hingga 14 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 5 bps. 

Harga Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami kenaikan harga hingga sebesar 15 bps yang mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil yang berkisar antara 2 bps hingga 14 bps. 

Adapun harga Surat Utang Negara dengan tenor menengah mengalami kenaikan yang berkisar antara 15 bps hingga 20 bps sehingga mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil hingga sebesar 5 bps. 

Sedangkan harga Surat Utang Negara dengan tenor panjang mengalami kenaikan harga yang berkisar antara 20 bps hingga 70 bps yang mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil hingga sebesar 9 bps. 

Kenaikan harga yang juga didapati pada Surat Utang Negara seri acuan juga mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasilnya, di mana untuk seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 20 tahun masing - masing mengalami penurunan imbal hasil sebesar 5 bps di level 7,927% dan 8,424%. 

Adapun untuk seri acuan dengan tenor 10 tahun mengalami penurunan imbal hasil sebesar 7 bps di level 8,006% dan untuk tenor 15 tahun mengalami penurunan sebesar 3 bps di level 8,277%. 

Harga Surat Utang Negara dalam sepekan terakhir bergerak cukup berfluktuasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan harga sehingga mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil dengan rata - rata penurunan sebesar 5 bps. 

Adapun sejak awal bulan November 2018, kenaikan harga Surat Utang Negara telah mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil rata - rata sebesar 26 bps.

Faktor penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada akhir pekan kemarin menjadi katalis positif yang mendorong kenaikan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. 

Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika didukung oleh faktor keputusan dari Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps di level 6,00%. 

Keputusan yang tidak diduga tersebut mendapatkan respon positif dari pelaku pasar tercermin oleh menguatnya nilai tukar rupiah dan kenaikan harga Surat Utang Negara pasca keputusan tersebut diambil pada hari Kamis, 15 November 2018. 

Kenaikan harga Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan di akhir pekan juga didukung oleh kenaikan volume perdagangan, di mana volume perdagangan yang dilaporkan tercatat senilai Rp10,78 triliun. 

Hanya saja kenaikan harga yang terjadi dibatasi oleh rencana lelang penjualan Surat Utang Negara yang akan dilakukan oleh pemerintah pada hari Rabu, 21 November 2018.

Sedangkan dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, pergerakan harganya terlihat kembali mengalami penurunan seiring dengan kembali meningkatnya persepsi risiko yang tercermin pada kenaikan angka Credit Default Swap (CDS). 

Penurunan harga yang terjadi relatif terbatas yang didapati pada keseluruhan seri Surat Utang Negara. Harga dari INDO28 mengalami penurunan sebesar 7 bps yang mendorong terjadinya kenaikan imbal hasilnya sebesar 1 bps di level 4,818%. 

Adapun harga dari INDO23 dan INDO43 mengalami penurunan harga kurang dari 5 bps sehingga tingkat imbal hasilnya tidak banyak mengalami perubahan, masing - masing di level 4,353% dan 5,449%. 

Harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika dalam sepekan terakhir cenderung bergerak dengan mengalami penurunan, sehingga mendorong terjadinya kenaikan imbal hasilnya. 

Dalam sepekan, imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika untuk tenor 10 tahun telah mengalami kenaikan sebesar 5 bps.

Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan kemarin senilai Rp10,78 triliun dari 39 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan, dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp803,51 miliar. 

Obligasi Negara seri FR0069 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,31 triliun dari 30 kali transaksi di harga rata - rata 100,67% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp1,41 triliun dari 54 kali transaksi di harga rata - rata 100,77%. 

Sementara itu, Sukuk Negara Ritel seri SR008 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp 584,02 miliar dari 17 kali transaksi di harga rata - rata 100,62% yang diikuti oleh perdagangan Surat Perbendaharaan Negara seri SPNS08022019 senilai Rp300,00 miliar dari 1 kali transaksi di harga 98,74%.

Dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp775,08 miliar dari 34 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. 

Sukuk Ijarah Berkelanjutan II XL Axiata Tahap I Tahun 2018 Seri B (SIEXCL02BCN1) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp160,00 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 100,02% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I XL Axiata Tahap I Tahun 2018 Seri B (EXCL01BCN1) senilai Rp86,00 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 100,02%.

Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan di akhir pekan ditutup menguat sebesar 53,50 pts (0,36%) pada level 14611,50 per dollar Amerika. 

Bergerak menguat sejak awal perdagangan, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 14556,50 hingga 14622,50 per dollar Amerika di tengah mata uang regional yang bergerak bervariasi terhadap dollar Amerika. 

Pada akhir pekan kemarin, mata uang yen Jepang (JPY) memimpin penguatan mata uang regional, sebesar 0,44% yang diikuti oleh mata uang rupiah dan peso Philippina (PHP) sebesar 0,17%. 

Adapun mata uang yuan China (CNY) memimpin pelemahan mata uang regional, sebesar 0,16% yang diikuti oleh pelemahan mata uang dollar Taiwan (TWD) sebesar 0,15%. 

Dalam sepekan, mata uang regional cenderung bergerak dengan mengalami penguatan terhadap mata uang dollar Amerika, di mana mata uang Rupee India (INR) memimpin penguatan, yaitu sebesar 0,79% yang diikuti oleh mata uang yen Jepang sebesar 0,58% dan peso Philippina sebesar 0,47%. Mata uang rupiah dalam sepekan mengalami penguatan sebesar 0,45% terhadap dollar Amerika.

Imbal hasil surat utang global pada perdagangan di akhir pekan bergerak dengan arah perubahan yang bervariasi dengan beragamnya sentiman yang ada di pasar surat utang global.

Imbal hasil surat utang global yang mengalami kenaikan didapati pada surat utang Jerman dan Inggris yang ditutup pada level 0,373% dan 1,414% ditengah pelaku pasar yang fokus pada agenda Brexit. 

Adapun imbal hasil US Treasury pada akhir pekan ditutup dengan mengalami penurunan, dimana untuk tenor 10 tahun ditutup pada level 3,066% dan 30 tahun di level 3,319%. 


Penurunan imbal hasil US Treasury tersebut merespon pernyataan pejabat Bank Sentral Amerika yang menyatakan bahwa Bank Sentral Amerika akan bergantung terhadap data indikator ekonomi Amerika sebelum kembali memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan di masa mendatang. 

Dalam sepekan terakhir, imbal hasil surat utang global, terutama di negara - negara berkembang, cenderung mengalami penurunan di tengah meningkatnya permintaan terhadap safe haven asset seiring dengan koreksi besar yang terjadi
di pasar saham.

Secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih bergerak pada tren kenaikan harga. 

Hanya saja perlu diwaspadai adanya potensi koreksi dimana kenaikan harga yang terjadi dalam dua hari terakhir telah mendorong harga Surat Utang Negara kembali mendekati area jenuh beli (overbought). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper