Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tito Sulistio Beri Catatan Soal Perubahan Metode Perhitungan Saham LQ45

Mantan bos Bursa Efek Indonesia memberikan pandangan terhadap usaha IDX melakukan penyesuaian metode perhitungan LQ 45 dengan konsentrasi kepada Free Float (FF) Terutama karena ini telah menjadi common practice di bursa dunia lain adalah hal positif.
Tito Sulistio, saat menjabat Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia, memberikan sambutan saat acara Investor Gathering & Corporate Forum 2018 di Jakarta, Senin (22/1)./JIBI-Abdullah Azzam
Tito Sulistio, saat menjabat Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia, memberikan sambutan saat acara Investor Gathering & Corporate Forum 2018 di Jakarta, Senin (22/1)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Mantan bos Bursa Efek Indonesia memberikan pandangan terhadap usaha IDX melakukan penyesuaian metode perhitungan LQ 45 dengan konsentrasi kepada Free Float (FF) Terutama karena ini telah menjadi common practice di bursa dunia lain adalah hal positif.

Menurut Tito yang saat ini menjabat Dirut CMNP, hal itu adalah kebijaksanaan bursa efek sebagai regulator member. Usaha agar FF bertambah juga strategis patut dilakukan bursa.

Hanya perlu diingat bahwa menambah porsi FF langsung berhubungan dengan unsur pendorong lain di pasar seperti besarnya permintaan, kekuatan pemodal, fasilitas perpajakan sampai usaha terbuka bursa dalam mempromosikan kelebihan investasi di pasar modal.

"Apakah emiten peduli dengan peranan kapitalisasi pasar dan kekuatan mereka di besaran LQ atau indek?

Tito menjelaskan benefit untuk perseroan dan sebagai pribadi pemegang saham mungkin lebih berperan. Ini suatu tantangan.Tantangan lain adalah fakta dependensi / ketergantungan IHSG kepada beberapa saham besar.

Belum ada studi khusus mengenai dependensi IHSG ke saham apa atau Indek negara mana, tapi fakta angka, rasio kapitalisasi pasar LQ 45 terhadap market cap secara keseluruhan adalah lebih kecil terhadap rasio market cap FF LQ terhadap market cap FF saja.

Artinya bisa ditenggarai kalau perhitungan IHSG nantinya juga hanya berdasar FF maka dalam keadaan sekarang saja, dependensi IHSG terhadap saham berkapitalisasi besar akan lebih tinggi.

Datanya, jumlah saham tercatat LQ 45 vs Non LQ adalah 990 miliar lembar vs 4.000 miliar lembar, tapi persentase market cap LQ mencapai Rp 4.209 triliun vs non LQ yang hanya Rp2.400 triliun.

Artinya LQ 63%, tapi jika hanya dihitung FF, mkt Cap LQ mencapai hampir 70 %.... then kebijaksanaan bursa mengikuti praktik di dunia lain, mempunyai tantangan bisa memperbesar dependensi pasar terhadap emiten berkapitalisasi besar.

Dampaknya bahkan bisa mengganggu portofolio MI, tapi maaf biarkan MI mempunyai kebijakan mengatur portofolio mereka sendiri. Pantangan terbesar bursa adalah ikut campur urusan untung rugi pemodal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Fajar Sidik
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper