Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rebalancing MSCI Index Akan Tekan IHSG?

Pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) diproyeksi akan terdampak oleh berkurangnya bobot Indonesia dalam Morgan Stanley Capital International (MSCI) Index.
Karyawan berjalan melintasi layar informasi Indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (6/9/2018)./Reuters-Willy Kurniawan
Karyawan berjalan melintasi layar informasi Indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (6/9/2018)./Reuters-Willy Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA - Pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) diproyeksi akan terdampak oleh berkurangnya bobot Indonesia dalam Morgan Stanley Capital International (MSCI) Index.

Dalam komposisi MSCI Global Standard Indexes memang tidak ada perubahan, di mana porsi Indonesia masih tetap yakni dua perusahaan tercatat.

MSCI mengeluarkan saham PT Matahari Departement Store Tbk. (LPPF) dan PT Waskita Karya Tbk. (WSKT) dan menggantinya dengan saham PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. (TKIM).

Namun, dalam MSCI Global Small Cap Indexes bobot Indonesia berkurang, di mana sebanyak tujuh saham dikeluarkan, yakni PT Bank Bukopin Tbk. (BBKP), PT Harum Energy Tbk. (HRUM), dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG).

Kemudia saham lainnya adalah PT MNC Investama Tbk. (BHIT), PT Modernland Realty Tbk. (MDLN), PT Siloam International Hospitals Tbk. (SILO), serta PT Visi Media Asia Tbk. (VIVA).

Ada tiga saham dalam negeri yang masuk ke dalam MSCI Global Small Cap Indexes ini, yakni PT Matahari Departement Store Tbk. (LPPF), PT Pool Advista Indonesia Tbk. (POOL), dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT).

"Respons indeks nanti bisa saja turun karena bobot berkurang sehingga fund manager berpindah ke negara emerging market lainnya yang bobotnya bertambah," kata Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali saat dihubungi Bisnis.com, Rabu (14/11/2018).

Dia menambahkan, pengurangan bobot ini disesuaikan dengan kondisi pasar dan fundamental perusahaan tercatat di dalam negeri. Untuk saat ini, kata dia, bobot emerging market lebih didominasi oleh India dan China.

Dalam data MSCI Global Small Cap Indexes, Jepang dan Australia menjadi negara dengan bobot terbesar di mana masing-masing menyertakan sebanyak 35 dan 14 saham dalam rebalancing ini. Sedangkan jumlah saham yang dikeluarkan masing-masing hanya sebanyak 9 dan 8.

Adapun, perusahaan asal China yang masuk dalam indeks tersebut memang cukup banyak yakni sebanyak 23 saham. Namun saham yang dikeluarkan juga sangat besar yakni mencapai 57 saham.

Frederik menambahkan, untuk saat ini sentimen dari berkurangnya bobot itu memang belum terasa karena indeks masih akan diterapkan pada 30 November mendatang. Namun menurutnya momentum saat ini digunakan oleh fund manager untuk mulai menyiapkan strategi.

"Sekarang fund manager sedang memilah negara mana yang akan dimasuki. Nanti setelah diterapkan mereka akan keluar dari pasar Indonesia, otomatis melakukan aksi jual dan menekan indeks," ujarnya.

Sementara itu, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi tidak menampik bahwa rebalancing MSCI ini akan berdampak pada pergerakan indeks. Namun menurutnya dampak tersebut hanya terjadi jangka pendek.

Dia justru menyimpulkan bahwa koreksi yang terjadi karena rebalancing itu merupakan kesempatan bagi investor untuk memperbesar sahamnya. "Karena harganya sudah sangat murah dan saham kita bagus-bagus. Jadi ini kesempatan," ujarnya.

Menurutnya, hal ini merupakan siklus yang biasa terjadi di emerging market termasuk Indonesia jika bobot dalam indeks MSCI berkurang. "Dampak rebalancing ini biasanya agak dalam, tapi hanya jangka pendek."

Pada akhir perdagangan kemarin, IHSG ditutup menguat 0,39% ke level 5.828,29. Sepanjang tahun berjalan 2018, IHSG terkoreksi 7,83%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Tegar Arief
Editor : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper